Reuters, berdasarkan informasi dari dua nara sumber yang dirahasiakan, menuliskan aplikasi buatan ByteDance ini masih tahap dini.
Kesuksesan aplikasi Clubhouse buatan Amerika Serikat tersebar ke berbagai negara di dunia, termasuk China, yang sejak Februari lalu memblokir Clubhouse.
Di negara tersebut, sebelum diblokir, Clubhouse menjadi ruang diskusi untuk membahas topik sensitif seperti kamp detensi Xinjiang dan kemerdekaan Hong Kong.
Sejak diblokir, aplikasi serupa Clubhouse menjamur di China. Xiaomi Corp pekan lalu meluncurkan aplikasi bernama Mi Talk, yang juga berbasis undangan, untuk pengguna profesional.
Aplikasi mengobrol yang beredar di China diperkirakan akan bisa mengakomodasi sensor dan pengawasan dari pemerintah.
Aplikasi Zhiya buatan Lizhi Inc, yang diluncurkan pada 2018 lalu, digunakan untuk membicarakan game atau bernyanyi, namun, pengguna harus menggunakan nama asli ketika mendaftar.
Menurut CEO Lizhi, Marco Lai, mendaftar dengan nama asli merupakan hal wajib di negara tersebut.
Penyelenggara livestreaming audio di China memiliki tim untuk mendengarkan dan menggunakan kecerdasan buatan untuk menghilangkan konten yang tidak pantas, termasuk pornografi dan isu politik yang sensitif.
Aplikasi tersebut sempat dicabut oleh regulator China pada 2019, namun, diizinkan kembali setelah Lizhi memperbaiki Zhiya.
Baca juga: ByteDance berniat jual aset TikTok
Baca juga: ByteDance tarik operasi dari India setelah TikTok diblokir
Baca juga: Induk TikTok, ByteDance, rekrut tim AI untuk penemuan obat
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021