"Edisi pertama terdiri dari 1.000 kosa kata dan edisi kedua 1.200 kosa kata," katanya kepada Antara di sela-sela acara Festival Buku ERKAEM 2021 di Montong, Lombok Barat, Jumat.
Dalam kamus itu, kata dia, bukan hanya menerangkan arti kata demi kata namun juga dilengkapi dengan kalimat Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Dirinya untuk mengumpulkan kata demi kata itu memerlukan waktu paling tidak satu tahun peredisi. "Saya membuatnya mencicil, yakni setiap pekan harus bisa dapat 25 kosa kata. Lalu dibuat dalam kalimat Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris," kata pria yang dibesarkan di ladang perkebunan jagung Illinois, Amerika Serikat.
Baca juga: Kota Mataram buat nama jalan dalam tiga bahasa
Baca juga: UMKM perkenalkan Rumah Lumbung Sasak melalui produk perhiasan
Andrew Friend menargetkan dalam waktu satu tahun harus mendapatkan 1.000 kosa kata hingga dirinya mati-matian agar memenuhi target tersebut.
Proses membuat kamus itu telah dilakukan pada 2017 untuk kamus edisi pertama dan edisi kedua pada 2020. Dirinya dalam membuat kamus tersebut, bukan dilakukan sendirian melainkan dibimbing oleh seorang tetua, Mamik Mus di daerah Selong Belanak, Lombok Tengah.
"Dari Mamiek Mus itu saya mendapatkan kosa kata," katanya yang telah tinggal di Indonesia sejak 2005 silam.
Paling sulit, kata dia, yakni menerjemahkan atau mencari kata yang layak untuk mengejanya. Demikian pula soal pelafalan huruf demi huruf lewat tanda petik. "Kita harus benar-benar teliti dan dibaca kembali berulang-ulang agar jangan sampai salah," katanya.
Saat ditanya alasan untuk membuat kamus Bahasa Sasak, ia menyebutkan pertama tidak terlepas dirinya yang benar-benar cinta Pulau Lombok atau sudah dianggap dengan tanah air keduanya setelah Amerika Serikat.
Berikutnya, ditambahkan, termotivasi untuk membuat sebuah karya dalam bentuk kamus yang bisa dimanfaatkan atau digunakan bagi mereka yang ingin belajar atau mengetahui kosa kata Bahasa Sasak.
"Saya benar-benar cinta Pulau Lombok, mudah-mudahan saya segera bisa membuat kamus Bahasa Sasak edisi tiga," katanya.*
Baca juga: Lombok Tengah belum perbolehkan masyarakat gelar tradisi "nyongkolan"
Baca juga: Cegah COVID-19, Laskar Sasak bagikan 50 ribu liter disinfektan
Pewarta: Riza Fahriza
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021