WGS ini diprioritaskan untuk sampel pasien COVID-19 yang baru tiba dari luar negeri baik WNI atau WNA, pasien dengan gajala berat, pasien yang mengalami reinfeksi, serta lansia dan anak-anak.

Yogyakarta (ANTARA) - Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan varian baru virus corona, B117 belum ditemukan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan.

"Sampai 51 sampel yang kami laksanakan pemeriksaan whole genom sequencing (WGS) virus SARS-CoV-2 (penyebab COVID-19) dari dua daerah tadi belum ada mutasi dengan varian B117," kata Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM dr Gunadi saat ditemui di ruang kerjanya di Yogyakarta, Jumat.

Menurut Gunadi, pemeriksaan sampel dengan metode whole genom sequencing (WGS) atau pengurutan keseluruhan genom dari virus SARS-CoV-2 memang rutin dilakukan oleh pokjanya untuk wilayah DIY dan Jateng bagian selatan berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan RI.

WGS ini diprioritaskan untuk sampel pasien COVID-19 yang baru tiba dari luar negeri baik WNI atau WNA, pasien dengan gajala berat, pasien yang mengalami reinfeksi, serta lansia dan anak-anak.
Baca juga: Presiden Jokowi imbau masyarakat tak khawatir varian baru virus Corona
Baca juga: Gubernur Jabar: Mutasi virus vorona B.1.1.7 sudah masuk Karawang
Dari 474 sampel virus corona hasil WGS yang dikirimkan Indonesia kepada platform data virus influenza internasional (GISAID) sampai 4 Maret 2021, 51 sampel diantaranya disumbang oleh pokjanya.

"Dari 474 sampel itu juga yang kemudian ditemukan dua sampel di Karawang yang mengandung varian Inggris (B117)," kata dia.

Gunadi mengatakan berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 51 sampel pasien COVID-19 di DIY dan Jateng bagian selatan pada Februari 2021, sebagian besar masih didominasi oleh varian D614G.

Menurut dia, varian D614G merupakan hasil mutasi SARS CoV-2 yang telah mendominasi kasus positif COVID-19 di Indonesia bahkan di seluruh dunia hingga saat ini. Varian ini disebutkan tidak berpengaruh pada derajat keparahan dan banyak ditemukan pada OTG, paisien kondisi ringan, sedang, hingga berat.

"D614G ini masih mendominasi 92 persen virus penyebab COVID-19 di dunia," kata dia.
Baca juga: Ada varian baru corona B117, ini dampaknya pada masker hingga vaksin

Menurut dia, bermutasi dengan membentuk varian-varian baru merupakan hal yang normal dilakukan virus jenis apa pun untuk bertahan. Beberapa varian hasil mutasi SARS CoV-2 yang sejauh ini sudah ada di antaranya varian Afrika Selatan, varian Brazil, smapai varian Rusia.

"Kalau kita bereaksi berlebihan dengan semua varian yang muncul hidup kita juga tidak akan menyelesaikan masalah karena varian baru itu akan terus bermunculan," kata dia.

Meski dinyatakan memiliki daya tular 70 persen lebih tinggi, ia berharap masyarakat tidak terlalu khawatir berlebihan dengan B117 karena varian baru ini belum terbukti mempengaruhi derajat keparahan pada pasien COVID-19.

Di sisi lain, menurut dia, Kemenkes RI telah melakukan pelacakan kontak erat dari dua pasien COVID-19 yang sampel usapnya mengandung B117.

"Yang jelas tetap lakukan protokol 5 M (mengenakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas), selama ini kan itu cukup efektif," kata dia.
Baca juga: Kiat menjaga diri dari varian baru corona B117

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021