Jika dahulu tsunami diperkirakan datang setelah 20 menit terjadinya gempa. Namun kajian terkini, tsunami diprediksi terjadi dua menit setelah getaran gempa.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebutkan perlunya ada penguatan kearifan lokal untuk menanamkan peringatan dini pada masyarakat di lokasi rawan bencana tsunami.
"Penguatan itu diperlukan agar masyarakat dapat dengan bijak segera mengevakuasi dirinya sendiri dari wilayah pesisir, begitu merasakan getaran gempa, tanpa harus menunggu peringatan sirine dari petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)," katanya dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Rakornas PB) BNPB 2021 di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan yang perlu penguatan tentang kearifan lokal, contohnya adalah tidak hanya yang ada di Aceh, namun juga beberapa wilayah di Indonesia.
"Apabila merasa goyangan gempa bumi saat berada di pantai sampai 10 hitungan hingga 20 hitungan, terus aja lari meninggalkan tempat pantai menuju ke tempat yang lebih tinggi,” katanya.
Ia mengatakan jika dahulu tsunami diperkirakan datang setelah 20 menit terjadinya gempa. Namun kajian terkini, tsunami diprediksi terjadi dua menit setelah getaran gempa.
Kemudian dari kajian ilmiah kejadian tsunami seperti di Palu, Sulawesi Tengah, tsunami datang pada menit kedua dan ketiga setelah getaran terjadi. Sementara, peringatan dini baru muncul pada menit keempat atau kelima.
“Sehingga local wisdom itu yang harus dicanangkan, jadi semuanya meyakini setiap ada goyangan di pantai, segera menuju ke tempat yang lebih tinggi,” katanya.
Baca juga: Waktu evakuasi tsunami hanya 30 menit
Baca juga: Tsunami, anatomi dan kapan itu terjadi
Rakornas PB BNPB 2021 pada hari ketiga mengusung materi “Hidrometeorologi Basah dan Kering, Perspektif Kebijakan dan Implementasi”.
Selain Menko Polhukam Mahfud MD, hadir sebagai pemberi arahan kebijakan adalah Menteri PUPR, perwakilan Menteri KLHK, perwakilan Menteri Pertanian dan perwakilan Menteri ATR/BPN pada sesi pertama.
Selanjutnya, untuk sesi kedua diisi oleh Kepala BMKG, Gubernur Provinsi Riau, Gubernur Provinsi Kalimantan Barat, Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan, Bupati Sumedang, dan Asops Panglima TNI.
Kegiatan itu dihadiri oleh peserta secara langsung maupun melalui media daring dari pemerintah daerah seluruh Indonesia, BPBD seluruh Indonesia, relawan, akademisi, media massa dan unsur komponen kementerian/lembaga serta TNI dan Polri.
Baca juga: Kepala BMKG tekankan pentingnya kearifan lokal dalam mitigasi tsunami
Baca juga: Peneliti: Kearifan lokal masyarakat bisa jadi mitigasi bencana
Baca juga: BMKG: Kajian gempa-tsunami harus direspons upaya mitigasi nyata
Baca juga: Tim Konvergensi Iklim : kearifan lokal harus diperhatikan
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021