Jakarta (ANTARA) - Stres sering dikaitkan dengan masalah kesehatan lain seperti sistem saraf dan juga pencernaan. Lantas apa hubungan antara stres dan gangguan pencernaan?
Menurut Dr. Nutan Desai, konsultan senior gastroenterologi di Rumah Sakit Fortis, Mulund, India mengatakan ungkapan seperti ada "kupu-kupu di perut" cukup tepat, karena saluran pencernaan manusia memang peka terhadap emosi.
"Kemarahan, kecemasan, kesedihan, kegembiraan, semua perasaan ini memiliki hubungan yang erat dengan usus. Stres dikaitkan dengan perubahan bakteri usus, yang pada gilirannya dapat memengaruhi suasana hati. Jadi, emosi bisa mempengaruhi fungsi usus," kata Dr. Nutan seperti dilansir Indian Express, Kamis.
Dr. Nutan mengatakan otak dan saluran pencernaan saling berhubungan erat. Sementara usus memiliki ratusan juta neuron (sel saraf) yang dapat berfungsi secara mandiri dan terus berkomunikasi dengan otak.
Masalah stres dapat memengaruhi komunikasi antara otak-usus dan dapat memicu rasa sakit, kembung serta ketidaknyamanan usus. Stres jangka panjang dapat menyebabkan sembelit, diare atau sakit perut.
Stres awal
"Stres awal dapat berdampak pada perkembangan sistem saraf, serta bagaimana tubuh bereaksi. Perubahan ini dapat meningkatkan risiko penyakit usus atau disfungsi di kemudian hari," kata Dr. Nutan.
Dr. Nutan memberikan contoh, Anda mungkin akan merasa mual sebelum memberikan presentasi, atau merasakan sakit pada usus saat stres.
Stres dapat meningkatkan gangguan usus, dan Anda mungkin mengalami diare atau berulang kali ingin buang air kecil selama atau setelah peristiwa yang membuat stres.
"Stres dapat menunda pengosongan isi perut dan mempercepat perjalanan materi melalui usus. Kombinasi ini menyebabkan sakit perut dan kebiasaan buang air besar yang berubah. Selain itu, stres psikologis akut menurunkan ambang rasa sakit seseorang," kata Dr. Nutan.
Gejala yang biasa terjadi
Saat stres, seseorang akan makan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya. Makan lebih banyak, minum alkohol atau makin sering merokok dapat menyebabkan mulas atau refluks asam. Diet yang tidak sehat juga dapat merusak mood seseorang.
Stres karena kelelahan dapat meningkatkan rasa mulas secara teratur. Stres juga dapat meningkatkan jumlah udara yang tertelan, yang meningkatkan sendawa, kembung dan kentut.
Gejala disfungsi usus terkait stres
Studi menunjukkan bahwa tekanan yang dialami seseorang dapat menimbulkan gejala atau memperburuk kondisi pencernaan seperti penyakit radang usus, sindrom iritasi usus besar, penyakit gastroesophageal reflux, dan tukak lambung.
Gangguan gastrointestinal fungsional atau FGID, yang membentuk 40 persen kasus gastrointestinal terjadi karena diperburuk oleh masalah stres.
Baca juga: Manfaat daun mint, redakan stres hingga mengobati asma
Baca juga: Ciri sistem imun mulai lemah, salah satunya stres meningkat
Baca juga: Mengenal perbedaan stres dan "parental burnout"
Penerjemah: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021