New York (ANTARA) - Wall Street jatuh lagi pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah investor menjual saham-saham teknologi yang terbang tinggi dan beralih ke sektor-sektor yang dipandang lebih mungkin mendapatkan keuntungan dari pemulihan ekonomi, didukung oleh stimulus fiskal dan program vaksinasi.

Indeks Dow Jones Industrial Average terpangkas 121,43 poin atau 0,39 persen menjadi ditutup di 31.270,09 poin. Indeks S&P 500 berkurang 50,57 poin atau 1,31 persen, menjadi menetap di 3.819,72 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup anjlok 361,04 poin atau 2,70 persen, menjadi 12.997,75 poin.

Delapan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di wilayah negatif, dengan sektor teknologi terperosok 2,49 persen, memimpin kerugian. Sementara itu, sektor energi terangkat 1,43 persen, merupakan kelompok dengan kinerja terbaik.

Microsoft Corp, Apple Inc dan Amazon.com Inc jatuh lebih dari 2,0 persen, menjadi penekan lebih besar daripada saham-saham lainnya di S&P 500.

Kenaikan pesat dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS membuat investor ketakutan, yang bergegas membuang aset-aset berisiko, terutama saham-saham teknologi tinggi. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun menguat, naik menjadi 1,48 persen pada Rabu sore (3/3/2021), dari 1,41 persen di sesi sebelumnya.

"Hari ini adalah enkapsulasi sempurna dari tema besar yang telah kita lihat dalam beberapa bulan terakhir: peluncuran vaksin berjalan dengan baik dan ekonomi membaik, dan itu mengirimkan imbal hasil dan ekspektasi suku bunga yang lebih tinggi, yang mengganggu pertumbuhan saham," kata ahli strategi investasi Baird, Ross Mayfield, di Louisville, Kentucky.

Pemulihan ekonomi AS berlanjut dengan kecepatan sedang selama minggu-minggu pertama tahun ini, dengan bisnis optimis tentang bulan-bulan mendatang dan permintaan untuk perumahan "kuat," tetapi hanya perbaikan yang lambat di pasar kerja, Federal Reserve melaporkan.

Sementara distribusi vaksin diharapkan membantu perekonomian, data menunjukkan pengusaha swasta AS mempekerjakan lebih sedikit pekerja dari yang diperkirakan pada Februari, menunjukkan pasar tenaga kerja sedang berjuang untuk mendapatkan kembali kecepatannya.

Laporan lain menunjukkan aktivitas industri jasa AS secara tak terduga melambat pada Februari di tengah badai musim dingin, sementara ukuran harga-harga yang dibayarkan oleh perusahaan untuk input melonjak ke level tertinggi dalam hampir 12,5 tahun.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik tipis menjadi 1,47 persen, menekan area pasar dengan penilaian tinggi. Imbal hasil masih turun dari puncak minggu lalu di atas 1,61 persen yang mengguncang pasar saham karena investor bertaruh pada kenaikan inflasi.

Kenaikan suku bunga secara tidak proporsional merugikan perusahaan-perusahaan teknologi dengan pertumbuhan tinggi karena investor menilai mereka berdasarkan laba yang diharapkan di tahun-tahun mendatang, dan suku bunga yang tinggi merugikan nilai laba masa depan lebih dari nilai laba yang dibuat dalam jangka pendek.

“Ada hambatan pasti untuk pasar ekuitas jika imbal hasil naik di atas level 1,5 persen dengan sebagian besar investor mengawasi laju pertumbuhan imbal hasil,” kata Michael Stritch, kepala investasi di BMO Wealth Management.

Usulan Presiden Joe Biden untuk rancangan undang-undang bantuan virus corona 1,9 triliun dolar AS akan menghapus setahap demi setahap pembayaran 1.400 dolar AS kepada warga Amerika berpenghasilan tinggi dalam kompromi dengan para senator moderat Demokrat, menurut anggota parlemen dan laporan media.

Di sisi data, Indeks Manajer Pembelian (PMI) jasa-jasa AS turun menjadi 55,3 persen pada Februari dari 58,7 persen pada Januari, Institute for Supply Management (ISM) melaporkan pada Rabu (3/3/2021). Angka Februari kurang dari perkiraan analis. Angka di atas 50 persen menunjukkan bahwa bisnis berkembang.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021