Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mendorong hilirisasi inovasi pupuk hayati yang berperan besar untuk menghasilkan sumber makanan bergizi sebagai solusi masalah stunting (kekerdilan).
"Ini adalah inovasi untuk ekonomi sirkular dan melahirkan alternatif pemenuhan kebutuhan pupuk Indonesia," kata Menristek Bambang dalam kunjungan kerja ke PT Bio Konversi Indonesia yang merupakan produsen dari Pupuk Hayati/Organik Cair Biokonversi dan Bionature di Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu.
Dalam kunjungan yang ditayangkan dalam jaringan itu, Menristek Bambang mengatakan pihaknya mendukung inovasi itu sebagai alternatif penyediaan pupuk Indonesia sehingga dapat mengurangi ketergantungan impor.
Penggunaan pupuk hayati merupakan salah satu cara untuk menghasilkan tanaman yang subur dan berkualitas yang nantinya akan menghasilkan makanan bergizi. Hal itu diharapkan dapat berkontribusi untuk menanggulangi masalah kekerdilan karena kurang asupan gizi.
Baca juga: Pupuk organik hayati, solusi pertanian modern
Baca juga: Dosen Universitas Alkhairaat Palu temukan pupuk hayati trichoderma
Kekerdilan merupakan salah satu masalah besar yang harus segera diatasi di Indonesia untuk menciptakan sumber daya manusia unggul (SDM). Oleh karena itu riset-riset terkait kekerdilan menjadi salah satu bagian dari Prioritas Riset Nasional (PRN) di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Melalui pendekatan triple helix, yaitu sinergi dan kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan industri, maka hasil riset tersebut dapat dihilirisasi dan dikomersialisasikan.
Bio Konversi telah mengolah 150 ton sampah setiap harinya dan menyerap 150 tenaga kerja lokal. Produk pupuknya telah diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman, baik tanaman pangan, tanaman hortikultura, dan tanaman perkebunan di lebih dari 23 provinsi di Indonesia.
Formula dan teknologi produksi pupuk organik hayati cair PT Bio Konversi Indonesia merupakan hasil riset dan pengembangan dari anak bangsa yang telah dipatenkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI, dan mendapatkan pengakuan mutu baik dari lembaga sertifikasi organik lokal (LESOS), dan pengakuan internasional dari Control Union di Belanda.
Dalam kunjungannya, Menristek/Kepala BRIN beserta rombongan dipandu oleh Kennedy Simanjuntak selaku pemegang paten proses Biokonversi, untuk melihat secara langsung proses produksi yang dimulai dari pengolahan bahan baku sampai dengan pengemasan produk pupuk organik hayati cair.*
Baca juga: Padi sehat lahan rawa hasilkan produktivitas 8 ton
Baca juga: Kementan ingin berdayakan lahan rawa sebagai areal pertanian
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021