New York (ANTARA) - Pasar saham Asia diperkirakan naik tipis pada perdagangan Rabu, karena investor mengabaikan kekhawatiran bahwa saham-saham mungkin telah menguat terlalu cepat dalam satu tahun terakhir, dan sebaliknya berfokus pada optimisme stimulus AS akan mendorong pemulihan ekonomi global.

Saham Australia naik 0,45 persen pada awal perdagangan, sementara indeks berjangka E-mini S&P naik 0,2 persen.

Wall Street telah mundur semalam setelah mengawali Maret dengan mengejutkan, dengan S&P 500 mencatat reli satu hari terbaiknya dalam sembilan bulan pada Senin (1/3/2021).

Tetapi beberapa analis memperingatkan bahwa kekhawatiran harga saham mungkin berbuih, ketakutan yang digaungkan oleh pejabat regulasi China pada Selasa (2/3/2021), dapat membuat lebih sulit bagi pasar ekuitas untuk bertahan pada keuntungan. Ketakutan bahwa aksi jual obligasi pemerintah AS, yang mengguncang pasar saham, dapat dilanjutkan juga dapat membatasi harga saham, kata mereka.

"Sementara pasar telah stabil ..., nadanya tetap lemah karena investor terus mengkhawatirkan aksi jual lebih lanjut dalam suku bunga," kata analis di TD Securities dalam sebuah catatan.

Sikap kehati-hatian membebani dolar AS, yang telah diuntungkan dalam beberapa hari terakhir dari harapan investor bahwa Amerika Serikat akan menikmati pemulihan ekonomi yang lebih cepat, dan bahwa bank sentral AS akan lebih toleran terhadap imbal hasil obligasi yang lebih tinggi.

Indeks dolar AS turun 0,22 persen terhadap sejumlah mata uang utama lainnya, menjadi 90,815. Dolar yang lebih lemah mendukung euro, yang stabil di 1,20840 dolar AS.

Pelemahan dolar juga memberi dukungan pada emas dalam denominasi dolar, dengan emas spot memantul dari posisi terendah menjadi stabil di 1.736,16 dolar AS per ounce.

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS turun lagi untuk hari ketiga berturut-turut karena investor menghentikan aksi jual baru-baru ini menjelang banyak data ekonomi AS yang akan dirilis pekan ini. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10-tahun berada di 1,3982 persen, turun dari tertinggi minggu lalu di 1,614 persen.

Pasar saham AS bergolak minggu lalu ketika imbal hasil acuan melonjak ke level tertinggi satu tahun di tengah taruhan investor bahwa rebound ekonomi AS yang kuat di tengah kondisi moneter yang sangat longgar dapat memicu inflasi.

Pejabat Federal Reserve AS telah mengatakan bahwa kekhawatiran inflasi terlalu dini, dan memperingatkan bahwa kenaikan imbal hasil dapat memperketat kondisi keuangan dan menghambat pemulihan ekonomi.

Harga minyak melemah setelah mencapai level terendah dua minggu semalam, di tengah ekspektasi bahwa produsen OPEC+ akan mengurangi pembatasan pasokan pada pertemuan mereka pekan ini karena ekonomi mulai pulih dari krisis virus corona.

Minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 0,57 persen menjadi 59,41 dolar AS per barel, sementara kontrak berjangka Brent turun 1,68 persen menjadi 62,62 dolar AS per barel.

Kehati-hatian di pasar juga membebani bitcoin, yang turun 2,6 persen menjadi 48.361,49 dolar AS.

Baca juga: Bursa saham Asia dibuka menguat, kebijakan Fed tenangkan pasar
Baca juga: Pasar saham Asia tawarkan sinyal beragam, investor cerna stimulus
Baca juga: Wall Street melonjak terangkat teknologi, Nasdaq melesat 3,01 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021