Banyuwangi (ANTARA News) - Irul Hamdani, wartawan Detik Surabaya Biro Banyuwangi pada Selasa melapor ke Kepolisian Resort (Polres) Banyuwangi atas intimidasi terhadap dirinya oleh sekelompok preman.
Irul menjelaskan, dua warga Pesanggaran, yaitu Didik dan seorang temannya, yang menolak kegiatan penambangan emas di Gunung Pitu, desa Sumber Agung, kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, ingin mengikuti kuliah tamu Menteri Kehutanan M.S. Ka`ban di kampus Sekolah Tinggi Islam Blambangan (STIB), desa Sarimulyo, kecamatan Cluring.
Namun, keinginan dua warga kontra penambangan untuk mengikuti kuliah Menhut tersebut dilarang oleh sekelompok preman.
"Saat kedua warga ngotot ingin ikut kuliah Menhut, preman yang berpakaian hitam-hitam melarang kedua warga memasuki gerbang kampus STIB. Kuliah umum digelar di halaman depan rektorat. Melihat tindakan preman yang melarang Didik dan temannya mengikuti kuliah, saya lantas mengambil gambar," kata Irul.
Kelompok preman yang diduga berasal dari Laskar Merah Putih (LMP) terlihat dari logo LMP pada kaus hitam yang dipakai preman ada logo LMP itu pun marah karena Irul mengambil gambar.
"Tidak ada izin kok bisa ambil foto. Kalau sampai masuk koran, kamu akan saya habisi," kata salah seorang preman mengancam Irul.
Hingga saat ini, belum ada teror langsung kepada Irul. "Peristiwa intimidasi yang dilakukan preman terhadap saya semoga tidak terulang ke rekan wartawan lain. Makanya saya melapor ke Mapolres, agar preman tersebut diproses, karena sengaja menghalangi tugas wartawan," katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2009