Penerapan tol MLFF ini akan melahirkan berbagai bisnis turunan seperti aplikasi e-parking dan logistik, mengingat perangkat tol MLFF ini salah satu keunggulannya menggunakan smartphone
Jakarta (ANTARA) - Masyarakat Transportasi Indonesia atau MTI menilai penerapan sistem transaksi tol nirsentuh atau multi lane free flow (MLFF) berbasis sistem navigasi satelit (Global Navigation Satellite System/GNSS) akan membuat transaksi tol lebih cepat dan presisi.
"Dengan menggunakan perangkat smartphone maka pengguna jalan tol akan tidak perlu lagi dipungut biaya tambahan, jadi sifat ekonomisnya jelas karena kecepatan untuk menarik pembayaran jauh lebih cepat dan presisi," ujar Ketua Bidang Implementasi IPTEK Transportasi MTI Syafri Yuzal saat dihubungi Antara di Jakarta, Senin.
Menurut Yuzal, bisnis jalan tol itu adalah electronic toll collection atau ETC, bagaimana menarik atau mengumpulkan pendapatan dari transaksi yang terjadi.
Kalau melihat zaman dulu saat transaksi tol masih menggunakan uang tunai, kendaraan yang masuk gerbang tol menghadapi antrean yang sangat panjang sehingga menimbulkan polusi, menghabiskan BBM dan membuang-buang energi.
Lalu diganti sistem transaksi tunai di jalan tol dengan yang namanya sistem sentuh atau tap and go yang menggunakan kartu e-toll.
Nantinya ketika sistem transaksi tol beralih kepada sistem tol nirsentuh berbasis GNSS ini, maka tidak akan ada lagi yang namanya gerbang tol sehingga kendaraan yang melintasi jalan tol tinggal jalan saja dan pembayaran akan terjadi secara otomatis melalui perangkat seperti smartphone, onboard unit dan/atau tiket perjalanan.
"Penerapan tol MLFF ini akan melahirkan berbagai bisnis turunan seperti aplikasi e-parking dan logistik, mengingat perangkat tol MLFF ini salah satu keunggulannya menggunakan smartphone," kata Yuzal.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Permen PUPR) No 18 Tahun 2020 tentang Transaksi Tol Nontunai Nirsentuh di Jalan Tol menyebutkan salah satu kriteria penggunaan teknologi transaksi tol nontunai nirsentuh atau multi lane free flow (MLFF) adalah harus sesuai dengan daya beli pengguna jalan tol.
Pasal 5 ayat 1 Permen PUPR No 18 Tahun 2020 menyebutkan teknologi transaksi tol nontunai nirsentuh di jalan tol harus memenuhi persyaratan yakni memiliki izin sertifikasi dan izin kelas, telah melalui uji keamanan sistem informasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan memenuhi kriteria tertentu.
Lalu, Pasal 5 ayat 2 disebutkan kriteria tertentu itu antara lain sesuai dengan daya beli pengguna jalan tol.
Sebelumnya, Chief of Representative Roatex Ltd Hongaria Musfihin Dahlan mengatakan pada saatnya nanti setiap kendaraan atau pengguna jalan tol akan diperkenalkan dengan perangkat aplikasi smartphone e-OBU atau onboard unit (OBU) atau tiket perjalanan (road ticket) bagi mereka yang hanya sekali jalan. Pihaknya juga akan merekomendasikan sejumlah perangkat OBU yang murah kepada publik dengan kisaran harga antara 5 sampai dengan 7 dolar AS.
Kementerian PUPR telah menetapkan Roatex Ltd asal Hongaria sebagai pemenang lelang sistem transaksi tol nontunai nirsentuh berbasis MLFF melalui Surat Penetapan Menteri PUPR Nomor PB.02.01-Mn/132 tanggal 27 Januari 2021.
Baca juga: Pakar ajak publik mendukung sistem pembayaran tol nirsentuh
Baca juga: Pengamat: Transaksi tol nirsentuh tingkatkan standar pelayanan
Baca juga: Jasa Marga kembangkan transaksi tol nirsentuh
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021