Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore ditutup melemah masih dibayangi pergerakan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat
Rupiah ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.255 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.235 per dolar AS.
"Tren dolar AS masih kuat. Saya memperkirakan rupiah masih akan tertekan," kata analis Asia Valbury Futures Lukman Leong di Jakarta, Senin.
Menurut Lukman, pada hari ini di pasar uang relatif minim sentimen baik global maupun domestik. Pergerakan rupiah lebih banyak dipengaruhi imbal hasil obligasi AS.
Imbal hasil surat utang AS 10-tahun turun menjadi 1,4 persen, dari puncak pekan lalu 1,61 persen, meskipun masih berakhir 11 basis poin lebih tinggi pekan lalu dan naik 50 basis poin pada sejauh tahun ini.
Dia memperkirakan sepekan ke depan rupiah masih akan rawan terkoreksi, kecuali apabila bank sentral "turun tangan" ke pasar.
"Kurang lebih begitu (rupiah melemah). Kecuali BI intervensi," kata Lukman.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp14.255 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.255 per dolar AS hingga Rp14.302 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin menunjukkan rupiah melemah Rp14.300 per dolar AS, menguat dibandingkan posisi pada hari sebelumnya Rp14.229 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Senin pagi melemah 25 poin
Baca juga: Rencana pemerintah membuat rupiah digital dinilai positif
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021