"Pemkab Bogor harus mulai menjadikan basis data tersebut untuk memetakan dalam mengambil kebijakan," ungkapnya di Cibinong, Bogor, Jabar, Selasa (23/2).
Menurut legislator asal Kabupaten Bogor itu, kondisi berkurangnya penduduk yang diduga karena ditinggal para pendatang selama pandemi, harus menjadi peluang bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor dalam mengatasi masalah tingginya angka pengangguran.
Baca juga: Bupati Bogor ajak masyarakat sukseskan pendataan keluarga
“Kita tahu kawasan industri di Jawa Barat sebetulnya bukan menampung penduduk asli. Seperti di Karawang, itu unik. Tingkat kemiskinan tinggi, padahal kawasan industri. Jawabannya, yang bekerja itu bukan warga setempat,” terang AW.
Seperti diketahui, BPS Kabupaten Bogor, Jawa Barat mencatat ada pengurangan jumlah penduduk sekitar 500 ribu jiwa di wilayahnya selama pandemi COVID-19.
"Tahun 2019 sekitar 5,9 juta jiwa, hasil sensus penduduk 2020 menurun menjadi 5,4 juta jiwa," ungkap Kasi Statistik Sosial BPS Kabupaten Bogor, Ujang Jaelani.
Menurutnya, BPS telah memproyeksikan jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2020 sebanyak 6 juta jiwa sesuai asumsi pertambahan jumlah penduduk dari tahun ke tahun, tapi bukannya bertambah malah berkurang karena pandemi.
"Kita proyeksikan sekitar 6 juta (jiwa) awalnya. Waktu memproyeksikan asumsi pandemi belum diperhitungkan, proyeksi dihitung dua tahun lalu," terang Ujang.
Meski tak merinci jumlahnya, tapi ia menyebutkan bahwa pengurangan penduduk terjadi karena banyak faktor, mulai dari perpindahan penduduk hingga meninggal dunia.
"Ada juga (warga) yang meninggal dunia, tapi dibanding yang bergerak ke luar Bogor, jauh lebih banyak yang bergerak ke luar Bogor," ujarnya.
Baca juga: Angka kemiskinan di Jabar turun sebanyak 140,2 ribu jiwa
Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021