Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama, M Fuad Nasar mengatakan kesadaran publik terkait ekonomi syariah terus bertumbuh dengan semakin banyaknya varian produk keuangan Islami dan semacamnya.
"Orang bicara masalah koperasi, ada koperasi syariah, ada bank syariah, bahkan juga berkembang di sektor industri pariwisata ada wisata halal dan sebagainya," kata Fuad kepada wartawan di Jakarta, Senin.
Baca juga: Presiden Jokowi harap Bank Syariah Indonesia terbuka untuk siapa saja
Baca juga: Presiden Jokowi: Jangan berpikir bank syariah hanya untuk muslim
Ia mengatakan fenomena tersebut baik untuk terus menggencarkan ekonomi syariah di Indonesia terutama untuk memperluas literasi dan kesadaran masyarakat. Ekonomi syariah agar terus dipromosikan, sehingga kesadaran masyarakat dapat tumbuh, terutama bagi generasi muda.
Dalam beberapa kesempatan, Fuad mengatakan ekonomi Islam memiliki keunggulan daripada konvensional, karena sifatnya bukan elitis, tetapi mengedepankan moral dan sosial yang bermuara pada kesejahteraan semua umat, bukan hanya segelintir orang.
Dengan kata lain, kata dia, ekonomi syariah memberi keadilan, keseimbangan dan bagi hasil proporsional, sehingga dapat memajukan ekonomi umat dalam berbagai bentuk. Ekonomi Islam khususnya di Indonesia didukung empat lembaga, yaitu lembaga pendidikan, lembaga keuangan, lembaga filantropi, dan legislatif.
"Ekonomi syariah memiliki masa depan yang menjanjikan bagi kemajuan umat Islam di Indonesia," katanya.
Fuad mengatakan dalam mengembangkan perekonomian dan keuangan syariah diperlukan peran lintas generasi. Dengan begitu, perlu program berkesinambungan antara generasi perintis dengan generasi berikutnya yang akan mengembangkan perekonomian syariah.
Baca juga: Erick Thohir harap Bank Syariah Indonesia jadi energi baru ekonomi RI
"Ketika satu lapis generasi ada estafet yang tidak boleh terputus, harus bisa mengerti dan memahami apa yang dilakukan oleh generasi sebelumnya. Sehingga, ada kesinambungan tugas-tugas yang belum selesai dan kendala-kendala di masa lalu yang belum tuntas, sekarang harus diatasi," katanya.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021