Jakarta (ANTARA) - Kanker di masa stadium awal tak akan memunculkan rasa sakit apapun sehingga seringkali tak disadari oleh penderita, demikian Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof. DR. dr Aru Wisaksono Sudoyo, Sabtu.

"Selama tidak mengenai saraf yang menyebabkan sakit, tidak akan sakit. Misalnya tumor di paru-paru atau payudara yang masih kecil sebesar kacang hijau, tidak akan mengganggu sekitarnya," kata dr Aru dalam virtual briefing "Between Woman & Cancer", Sabtu.

Oleh karena itu, dokter menyarankan Anda menjadikan screening atau melakukan deteksi dini sebagai bagian gaya hidup sebagai usaha mencegah terkena kanker atau berkembang ke stadium lanjut apabila kanker ditemukan.

Pasien biasanya baru mengeluh bila benjolan teraba, atau bisa diikuti masalah lain seperti keluarnya cairan dari puting payudara, payudara seperti tertarik dan gejala lainnya.

"Kalau sudah sampai sakit, (benjolan) sudah teraba di berbagai tempat, stadium sudah tinggi. Ini gunanya kita lakukan deteksi dini," kata Aru.

Deteksi dini kanker payudara bisa melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Waktu terbaik melakukan SADARI yakni satu minggu sampai 10 hari setelah periode menstruasi berakhir.

Lebih lanjut, apabila sudah memastikan adanya benjolan, sebaiknya lakukan pemeriksaan payudara secara klinis (SADANIS) dengan tenaga medis.

Baca juga: Waktu sebaiknya pria skrining untuk deteksi dini kanker prostat

Hal berbeda dengan kanker serviks. Menurut dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan di Eka Hospital BSD, Muhammad Yusuf, tak ada skrining awal untuk jenis kanker ini.

Walau begitu, ada cara yang bisa dilakukan para kaum hawa yang sudah aktif berhubungan seksual agar terhindar dari kanker serviks yakni dengan melakukan pap smear, menjalani pemeriksaan HPV dan vaksinasi.

Beberapa tipe HPV yang sering dikaitkan dengan kanker serviks, yaitu HPV-16, HPV-18, HPV-31, HPV-33, HPV-35, HPV-52, dan HPV-58.

"Virus HPV (human papilloma virus penyebab kanker serviks) ditularkan kepada perempuan melalui hubungan seksual dari pasangan yang mempunyai virus HPV. Agar tidak terinfeksi, lindungi diri dengan vaksinasi. Kombinasikan pap smear dengan pemeriksaan HPV," tutur Yusuf.

Dia menyarankan skrining sebagai gaya hidup untuk mencegah kanker khususnya serviks. Menurut dia, kombinasi pap smear dan tes HPV bisa membantu mengenyahkan kanker serviks hampir 100 persen.

"Tidak perlu setiap tahun, 3-5 tahun sekali (pap smear dan tes HPV). Kalau pap smear saja, frekuensi skrining bisa jadi lebih sering," demikian kata Yusuf.


Baca juga: Deteksi dini kanker payudara pengaruhi tingkat kesembuhan dan ekonomi

Baca juga: Pemerintah targetkan layanan kanker lebih merata di Indonesia

Baca juga: Kemkes: Kanker payudara duduki urutan pertama insiden kanker Indonesia

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021