berharap Majelis Hakim PN Belitung dapat memberikan putusan yang seberat-beratnya

Jakarta (ANTARA) - Perkara perusakan lingkungan hidup akibat kegiatan reklamasi area mangrove di Kabupaten Belitung yang dilakukan oleh tersangka TI (49) telah dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan Agung dan akan segera dimejahijaukan.

Dalam proses penyidikan, TI disangkakan terlibat dalam kasus reklamasi pantai tanpa izin yang menyebabkan rusaknya mangrove di Kelurahan Tanjungpendam dan Desa Air Saga, Kelurahan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Kepala Subdirektorat Penyidikan Perusakan Lingkungan, Kebakaran Hutan dan Lahan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Firdaus Alim Damopolii dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Sabtu, mengatakan telah menyerahkan tersangka dan berkas penyidikan ke Kejaksaan Negeri Belitung. Penyerahannya disaksikan oleh Jaksa Peneliti dari Kejaksaan Agung dan kini TI ditahan oleh Kejaksaan Negeri Belitung di Lapas Kelas II B Tanjung Pandan.

Baca juga: Kerusakan mangrove rapuhkan pertahanan pesisir dari perubahan iklim
Baca juga: Hampir 40 persen hutan mangrove Indonesia rusak

Firdaus mengatakan reklamasi yang diduga dilakukan oleh TI, selain merusak lingkungan juga menyebabkan hilangnya ekosistem mangrove yang menyediakan fungsi habitat bagi keanekaragaman flora dan fauna serta fungsi mangrove sebagai pencegah intrusi air laut.

“Perkara TI merupakan lanjutan dari perkara lain di Kabupaten Belitung yaitu perkara perusakan lingkungan dan reklamasi tanpa izin oleh korporasi dengan terdakwa PT PAN dan PT BMMI yang saat ini sedang disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Belitung,” kata Firdaus.

Berdasarkan data perkara Mahkamah Agung, TI pernah dihukum atas kejahatan penambangan timah ilegal di Hutan Lindung tanpa izin pada tahun 2009. “Mengingat pentingnya upaya untuk mencegah perusakan lingkungan di wilayah pesisir guna melindungi kehidupan dan akses masyarakat terhadap pantai dan laut, kasus ini harus menjadi perhatian bagi kita semua," kata Firdaus.

TI diduga telah melanggar tindak pidana lingkungan hidup dan kehutanan berupa melakukan perusakan lingkungan hidup dan melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan sebagaimana diatur dalam Pasal 98 dan Pasal 109 jo Pasal 116 ayat (2) UU Nomor 32 Tahun 2009 UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

TI diancam dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun denda paling sedikit Rp3 miliar dan paling banyak Rp10 miliar.

Baca juga: Kerusakan mangrove sebabkan kerugian miliaran dolar
Baca juga: Ditawari bantuan Bank Dunia, Luhut minta bantu rehabilitasi mangrove

Direktur Penegakan Hukum Pidana pada Direktorat Jenderal Penegakan Hukum KLHK Yazid Nurhuda mengatakan, tidak akan berhenti untuk menindak kasus-kasus perusakan lingkungan seperti ini. "Kami akan mengembangkan penanganan kasus ini, termasuk mendalami dugaan keterlibatan pihak-pihak lainnya," katanya.

Yazid menambahkan, KLHK berkomitmen untuk terus berupaya melawan kejahatan terhadap lingkungan hidup dan kehutanan. "Kami berharap Majelis Hakim PN Belitung dapat memberikan putusan yang seberat-beratnya terhadap pelaku perusakan lingkungan dan menjadi contoh di daerah lain bahwa penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan dilakukan dengan serius," katanya.

Baca juga: Batam kehilangan 800 hektare hutan mangrove
Baca juga: Ketua YKAN desak penyelamatan hutan mangrove di Muara Angke

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021