untuk mempercepat perubahan perilaku di tingkat komunitas, kontribusi para tokoh sangat signifikan
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengingatkan bahwa peran tokoh komunitas penting untuk mencegah penyebaran COVID-19, terutama mengubah perilaku individu agar semakin taat menerapkan protokol kesehatan.
Karena itu, untuk mempercepat perubahan perilaku di tingkat komunitas, kontribusi para tokoh sangat signifikan, kata Siti Nadia, dalam webinar Alenia Forum bertajuk "Mempertangguh Komunitas Saat PPKM Mikro", Jumat.
"Kalau kita bicara perubahan prilaku, memang membutuhkan keteladanan dari tokoh-tokoh atau publik figur untuk melakukan peran ini," kata Siti Nadia pula.
Jika setiap individu disiplin menerapkan protokol kesehatan, yakni memakai masker, menjaga jarak, serta mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, akan mencegah infeksi baik pada diri sendiri maupun dalam komunitasnya, kata dia. Dengan begitu, pencegahan penularan pandemi COVID-19 semakin mudah, ujarnya pula.
"Dari disiplin individu akan membuat pertahanan selanjutnya dalam populasi yang besar. Tentu saja, gerakan itu harus banyak dilakukan," kata dia.
Dalam menangani pandemi, Siti Nadia berpendapat, pemerintah harus melakukan berbagai macam intervensi, salah satunya perubahan perilaku masyarakat.
Ia menegaskan bahwa pola hidup merupakan hal sentral dalam menanggulangi pandemi.
"Apalagi, saat ini kita belum temukan cara, misalnya obat untuk mengobati COVID-19. Jadi, kita baru tahap pencegahan. Pencegahan pun risiko penularannya masih sangat tinggi, karena memang penularannya sangat cepat. Secara cepat banyak orang terjangkit, kemudian menjadi sakit," kata dia lagi.
Sedangkan, sosiolog dari Universitas Indonesia Imam B Prasodjo menganggap bahwa upaya pendisiplinan dan penertiban masyarakat, agar mematuhi protokol kesehatan semestinya berbasis mikro di level kerumunan.
"Yang harus difokuskan untuk mendorong ketangguhan adalah wilayah-wilayah mikro, tetapi bukan RT/RW. Yang benar adalah komunitas, di mana tempat berinteraksi terjadi, dan di situ ada kerumunan yang cukup padat," ujar Imam pula.
Mengubah perilaku masyarakat, kata dia, tidak dapat sekadar imbauan, melainkan perlu melibatkan orang berpengaruh dalam komunitas kerumunan tertentu yang dapat menegakkan protokol kesehatan.
Dalam komunitas pengajian, misalnya, masyarakat akan mematuhi ustaz, sehingga ustaz bisa berperan mengajak jamaah lebih taat protokol kesehatan.
Imam menyarankan agar sistem zonasi lebih menitikberatkan pada komunitas kerumunan dibandingkan di tingkat RT/RW.
Pada sisi lain, Imam mengatakan kekayaan modal sosial, seperti gotong royong perlu terus didorong, sehingga masyarakat tidak hanya mengandalkan pemerintah.
Baca juga: Kemenkes siapkan pendaftaran langsung vaksinasi di Pasar Tanah Abang
Baca juga: Kemenkes: Tak ada laporan KIPI vaksin COVID-19 gejala berat
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021