"Kami masih berupaya bersama tim UGM untuk memastikan kita bisa memenuhi semua permintaan," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro dalam konferensi pers secara virtual Hybrid Launching "GeNose C19 Inovasi Indonesia untuk Kepariwisataan Indonesia" di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Kemkes: Pemanfaatan GeNose bagi pariwisata disertai protokol kesehatan
Baca juga: Produksi alat GeNose C19 perlu ditingkatkan secara massal
Menristek Bambang menuturkan saat ini kapasitas produksi GeNose C19, inovasi dari UGM sekitar 1.000 unit per pekan. Namun, permintaan saat ini lebih tinggi dibanding kemampuan produksi, sehingga perlu peningkatan segera untuk produksi alat tersebut ke depannya.
Hingga saat ini, UGM sudah menggandeng lima perusahaan untuk manufaktur GeNose C19.
Kemristek sedang memfasilitasi tim UGM dan para mitranya agar bisa meningkatkan (scale up) produksi GeNose C19 hingga 10.000 unit per bulan.
Menristek mengatakan dengan semakin tingginya kebutuhan skrining COVID-19 dalam negeri, penggunaan GeNose C19 dapat dioptimalkan di berbagai tempat.
Baca juga: Menristek: GeNose mampu lakukan 100 ribu tes untuk skrining COVID-19
Baca juga: Forum Rektor dorong perguruan tinggi gunakan GeNose C19 dan CePAD
GeNose C19 menggunakan kecerdasan artifisial untuk mendeteksi COVID-19 dalam waktu kurang dari tiga menit.
GeNose C19 dibanderol dengan harga sekitar Rp60 juta dan dapat melakukan hingga 100 ribu kali pemeriksaan, sehingga dapat menjadi solusi penapisan COVID-19 dengan harga terjangkau per tesnya.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021