"Rombongan Mapala Sutha UIN STS Jambi tidak memiliki ijin mendaki gunung. Dia berharap mahasiswa ke depan bisa komunikasi langsung dengan pihak kampus agar ada pendampingan dan pertanggungjawaban oleh pihak kampus," kata Barul Ulum, kepada sejumlah media, Rabu.
Setiap mahasiswa yang mau mendaki gunung atau lainnya yang mengatasnamakan mapala setidaknya harus ada izin lebih dahulu ke kampus agar bisa didampingi oleh pihak kampus, namun kasus mahasiswi yang tersesat saat turun dari Gunung Masurai sempat viral dan akhirnya ditemukan.
"Kasus ini bisa jadi pembelajaran bersama bagi para anggota Mapala untuk bisa berkoordinasi jika akan mengadakan kegiatan ke depannya," kata Barul Ulum.
Baca juga: Basarnas cari tiga mahasiswi UIN Jambi yang hilang di Gunung Masurai
Baca juga: Mapala UI ekspedisi ke Gunung Masurai Jambi
Sementara itu, Ketua Umum Mapala Sutha UIN STS Jambi, Azka Mumtaz membenarkan tiga Mahasiswi UIN merupakan anggota Mapala Sutha UIN, namun kegiatan mahasiswi itu bukan kegiatan diagendakan Mapala UIN.
"Kronologi mereka terpisah dari rombongan karena salah jalur, namun mereka ketemu dengan warga saat membuat tanda jalur dan bermalam bersama warga karena hari telah sore dan mereka sudah dalam perjalanan pulang," kata Azka.
Dia berterima kasih kepada Basarnas, dan pecinta alam yang telah turut membantu mencari mahasiswa yang sempat viral hilang di Gunung Masurai, Kabupaten Merangin Jambi.
Diketahui mahasiswa UIN STS Jambi itu mendaki Gunung Masurai pada Ahad, 14 February 2021, sebanyak delapan orang dan saat turun gunung pada 16 Februari, tiga mahasiswi putus kontak bersama temannya.
Ketiganya memutuskan menginap karena ketemu warga dan pemuda yang saat itu buat jalur pendakian. Jadi tiga mahasiswi tidak hilang melainkan keluar jalur dan tersesat, namun bertemu warga setempat.*
Pewarta: Nanang Mairiadi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021