Jakarta (ANTARA) - Kelompok musik Ethnoism mengeksplorasi ragam musik tradisional dalam mini album berjudul "The Rhythm of Life" yang baru dirilis.
Dalam keterangan resminya, Rabu, mini album berisikan lima lagu itu diisi berbagai alat tradisional Indonesia dari gamelan slendro Jawa Barat, kecapi Sunda, suling gambuh Bali, dan kacapi kajang dari Sulawesi.
Alat musik tradisional itu di implementasikan ke dalam perangkat modular synthetizer dengan beat heavymetal dan vokal growl dan gumam tradisi.
Secara sound elecrtonic album ini mengambil basic dari suara-suara vintage peradaban musik 1970an hingga 1980an, seperti Tangerine Dream dan Pink Floyd, hanya saja mencampurkan unsur punk, hingga thrash metal.
Baca juga: Album baru D'Cinnamons "Home" rilis Januari 2021
Ethnoism menjelaskan bahwa “The Rhythm of Life” merupakan sebuah simbolis pemikiran dari kehidupan yang manusia lalui dengan problematika yang tidak pernah sama.
Menurut Ethnoism, hal tersebut sama seperti musik yang berirama dan beritme tidak pasti dari awal dan detik terakhir pada notasinya ketika didengarkan.
Proses kreatif penggarapan mini album ini hanya membutuhkan waktu limA bulan untuk menjadikan lima lagu yang fix, dengan proses rekaman dan mixing dilakukan di padepokan seni Mahagenta Bogor.
Ethnoism yang terbentuk tahun 2020 itu terus berupaya untuk tetap menjadikan seni tradisi indonesia berperan untuk memvisualisasikan
keadaan sesungguhnya dengan unsur seni media baru dan eksplorasi seni yang kekinian.
Ethnoism juga akan selalu menyuarakan aspirasi dengan mengenai isu-isu sosial, politik dan budaya dengan bentuk seni suara yang berdasarkan pemikiran melalui karya-karya musik yang dihasilkan.
Baca juga: The Ayayay rilis lagu baru untuk album kompilasi "Young Offender"
Baca juga: The Ayayay rilis lagu baru untuk album kompilasi "Young Offender"
Pewarta: Yogi Rachman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021