Jakarta (ANTARA) - Staf medik Departemen Medik Urologi RSCM-FKUI, dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid mengatakan, pasien kanker prostat tak perlu takut mengonsumsi daging termasuk saat perawatan penyakitnya.
"Pasien masih boleh makan daging? Ya boleh karena ada sumber protein yang bagus dari hewan. Yang kami tekankan diet seimbang. Memang ada beberapa risiko lemak terlalu banyak tidak disarankan," ujar dia dalam virtual media briefing bertepatan dengan peringatan Worl Cancer Day 2021, Rabu.
Baca juga: Mengompol kerap dialami pasien usai operasi kanker prostat
Menurut dia yang juga menjabat konsultan Dokter Spesialis Uro-Onkologi Siloam Hospitals ASRI itu, pasien perlu memilih daging yang tidak memiliki banyak lemak dan memperhatikan porsi dagingnya sehingga melebihi kebutuhan protein tubuhnya.
Daging termasuk salah satu sumber protein hewani yang pasien butuhkan dalam pengobatan kankernya, salah satunya berperan menyembuhkan luka usai pembedahan.
"Pengobatan kanker seperti operasi, (pasien) membutuhkan penyembuhan luka, kalau kita tidak support protein dengan baik, luka tidak sembuh malah akan menimbulkan komplikasi," tutur dia.
Lebih lanjut mengenai pola makan, Agus menyarankan penanganan multidisiplin termasuk melibatkan ahli gizi klinik untuk menentukan pola diet terbaik karena antar satu pasien dengan yang lainnya bisa berbeda.
Dia menyoroti risiko kekurangan gizi yang bisa terjadi pada pasien yang terlalu fokus pada makanan yang dipantang. Agar kondisi ini tak terjadi, dia menyarankan pasien mengatur pola makannya termasuk dalam menambah asupan sayuran dan buah hariannya dan mewaspadai konsumsi lemak berlebihan.
Dalam kesempatan itu, dokter spesialis urologi di Departemen Medik Urologi di RSCM-FKUI, Dr. dr. Nur Rasyid, mengatakan kanker prostat bisa muncul saat seorang pria berusia muda yakni di usia 50 tahun, berupa peradangan prostat, pembesaran prostat jinak hingga kanker prostat.
Masalahnya, antara gejala pembesaran prostat dan kanker prostat, sehinggga deteksi dini bisa menjadi jalan keluar demi sekaligus mencegah kanker baru tertangani saat stadium lanjut.
"Deteksi dini bisa dimulai dari keluhan, kemudian dilakukan colok dubur untuk meraba adakah kecurigaan kanker dan pemeriksaan darah berupa prostate-specific agent (PSA). Kalau ada kecurigaan, untuk memastikan dengan biopsi prostat," kata dia yang menjabat sebagai Ketua ASRI Urology Center (AUC) Siloam Hospitals ASRI.
Agus menambahkan, kanker stadium awal umumnya tidak bergejala. Saat muncul keluhan seperti kesulitan buang air besar, ada darah dalam urine, sakit tulang hingga disfungsi ereksi biasanya menandakan kanker sudah masuk stadium tinggi.
Bila sudah begini, Agus menyarankan biopsi untuk menegakkan diagnosisnya sehingga penanganan bisa lebih cepat dilakukan.
Baca juga: Kak Seto akan jalani operasi kanker prostat
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021