Sudah terlalu banyak pemain operator telekomunikasi dan bahkan cenderung brutal

Jakarta (ANTARA) - PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) menilai positif jika ada operator telekomunikasi melakukan konsolidasi karena keberadaan perusahaan telekomunikasi di Indonesia sudah terlalu banyak sehingga menimbulkan persaingan ketat.

"Sudah terlalu banyak pemain operator telekomunikasi dan bahkan cenderung brutal. Tentu kami menanggapi positif jika ada operator yang melakukan konsolidasi," kata Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini dalam konferensi pers virtual Digital Media Update Kinerja XL Axiata Tahun 2020 di Jakarta, Selasa.

Hal itu disampaikan menanggapi pertanyaan apakah perusahaan akan melakukan penjajakan konsolidasi dengan perusahaan telekomunikasi lain. Seperti diketahui Hutchison 3 Indonesia dan Indosat Ooredoo telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman, yang merupakan non-binding MoU, itu akan berlaku hingga akhir April 2021.

Dian mengatakan untuk melakukan konsolidasi tidak mudah karena banyak hal yang harus dijajaki dan disepakati satu sama lain, yang tentunya harus saling menguntungkan.

"Saya mengibaratkan seseorang yang akan melangsungkan pernikahan tentu harus ada penjajakan sampai dengan persetujuan untuk masuk ke jenjang yang lebih jauh," katanya.

Terkait kemungkinan XL Axiata akan melakukan konsolidasi, Dian mengatakan memungkinkan membuka kesempatan dan peluang, dengan siapa dan tentu harganya. "Kita terbuka ke arah sana," katanya. Namun Dian tidak menjelaskan secara tegas apakah perusahaan dalam waktu dekat ini akan melakukan konsolidasi atau tidak dan dengan siapa.

Direktur & Chief Financial Officer XL Axiata, Budi Pramantika mengatakan meskipun harus menghadapi kompetisi industri yang sangat ketat di tengah situasi pandemi COVID-19, perusahaan tetap berhasil mencatat pertumbuhan yang solid, yakni pendapatan selama 2020 tercatat Rp26,018 triliun atau naik tiga persen year on year (YoY).

Selain itu, tingkat profitabilitas yang berkelanjutan juga terjaga dengan baik, di mana EBITDA meningkat sebesar 31 persen YoY, dan perusahaan kembali mencetak laba bersih dinormalisasi sebesar Rp679 miliar.

Di sepanjang 2020, kontribusi pendapatan dari data mencapai 92 persen, dengan penetrasi smartphone mencapai 89 persen yang merupakan tertinggi secara industri. Sementara itu, pembangunan jaringan data 4G terus berlangsung, dan hingga akhir 2020 telah mencapai 458 kota/kabupaten di berbagai wilayah di Indonesia dengan lebih dari 54 ribu Base Transceiver Station (BTS) 4G.

Baca juga: Kominfo minta operator seluler perhatikan ketersediaan jaringan
Baca juga: Apjatel: Aturan jaringan utilitas berpotensi tambah beban industri
Baca juga: Telkomsel jelaskan tantangan Indonesia masuki era 5G

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021