Sepanjang Januari 2021, Indonesia mengalami banyak bencana hidrometeorologi termasuk 167 kejadian banjir, merupakan jumlah tertinggi dalam beberapa tahun terakhir di periode tersebut.
Jakarta (ANTARA) - Komunitas Pemuda Pemudi Pro-Keadilan Iklim (Koprol Iklim) mendorong pemerintah Indonesia untuk meningkatkan ambisi iklim dan mengajak kaum muda Indonesia untuk bergerak menjadi aktor penggerak untuk keluar dari krisis iklim.
"Sektor kehutanan dan energi Indonesia menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar saat ini. Namun, kita belum melihat langkah konkret dan memadai dari pemerintah. Langkah ambisius untuk mengatasi krisis iklim harus dilakukan pemerintah dengan melibatkan aspirasi dari kelompok muda," kata Koordinator Koprol Iklim Geani Budiningsih dalam pernyataan yang diterima di Jakarta pada Senin.
Geani menyoroti bagaimana sepanjang Januari 2021, Indonesia sudah mengalami bencana hidrometeorologi termasuk 167 kejadian banjir yang merupakan jumlah tertinggi dalam beberapa tahun terakhir di periode tersebut.
Dia menyebut beberapa di antaranya seperti banjir di Kalimantan Selatan, peristiwa longsor di Sulawesi Selatan, dan banjir yang melanda ratusan hektare sawah di Karawang, Jawa Barat. Bencana tersebut adalah bukti masih kurangnya usaha dalam menjaga lingkungan dengan ketidaksiapan menghadapi krisis iklim telah membawa kerugian yang begitu besar bagi masyarakat.
Baca juga: BNPB sebut bencana longsor di Nganjuk dipicu intensitas hujan tinggi
Padahal, Indonesia bersama dengan 194 negara lain telah menandatangani Komitmen Iklim dalam Perjanjian Paris. Tapi, pemerintah belum memasukkan unsur perlindungan lingkungan dan pencegahan krisis iklim yang memadai dalam strategi pembangunannya.
Geani juga berpendapat target penurunan Gas Rumah Kaca (GRK) yang ditetapkan dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) masih kurang ambisius.
Krisis iklim sendiri adalah permasalahan multidimensi dan karena itu Koprol Iklim mengajak seluruh kaum muda untuk memulai dan menyatukan gerakan yang kolaboratif, solutif dan kolektif antarindividu maupun lintas komunitas kaum muda lewat berbagai ragam inovasi dan aksi.
Sebagai komunitas anak muda yang terbentuk pada 28 Oktober 2020 bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, Koprol Iklim ingin menyuarakan pernyataan sikap terhadap pemerintah agar segera mengambil langkah tegas untuk mengatasi krisis iklim.
Baca juga: Tanah longsor ancam puluhan rumah di Cilawu Garut
Koprol Iklim meminta pemerintah untuk segera meningkatkan komitmen iklim untuk mencapai Perjanjian Paris melalui ekonomi hijau sebagai bentuk upaya pemulihan ekonomi nasional pasca COVID-19.
Mereka juga mengatakan, menimbang bahwa sektor energi akan menjadi penyumbang emisi terbesar di tahun 2030, maka pemerintah harus segera meninggalkan energi fosil dan beralih ke energi bersih dan terbarukan yang potensinya melimpah di Indonesia seperti energi matahari.
Permintaan ketiga adalah pemerintah juga harus melakukan tindakan tegas untuk melindungi dan menjaga hutan yang tersisa serta keanekaragaman hayati di Indonesia dan Koprol Iklim juga meminta pemerintah untuk mengakui hak-hak masyarakat adat sebagai benteng terakhir dalam perlindungan hutan dan pesisir.
Dalam manifestonya, Koprol Iklim juga mengajak kaum muda dari berbagai latar belakang untuk bergerak mendorong Indonesia keluar dari krisis iklim dan meminta pemerintah untuk memberikan tempat bagi pemuda untuk turut menentukan masa depan melalui pembentukan Dewan Anak Muda Nasional.
Baca juga: Perpendek "contraflow" dan jalan darurat atasi amblesnya Tol Cipali
Mereka juga mengharapkan pemerintah mendorong lapangan kerja hijau yang benar-benar memberikan ruang untuk masa depan berkelanjutan serta berwawasan iklim dan lingkungan.
"Kami percaya bahwa semangat dan daya kaum muda Indonesia begitu besar untuk mendorong sebuah perubahan. Karena itu, kami mengajak kaum muda Indonesia untuk bergerak secara kolektif dan kolaboratif guna mendorong Indonesia keluar dari krisis iklim. Kami juga berharap, pemerintah segera memberikan tempat kepada kaum muda sebagai bagian dari generasi yang akan memimpin bangsa untuk turut merencanakan masa depan yang berkelanjutan," ujar Geani.
Dalam pernyataan yang sama, Tubagus Aryandi Gunawan sebagai peneliti dari Renewable Energy dan H2 menegaskan pentingnya bergerak memakai energi terbarukan.
"Dahulu kita meninggalkan zaman energi kayu bakar bukan karena kehabisan kayu bakar. Kini perlahan kita akan meninggalkan zaman energi fosil tanpa menunggu kehabisan energi fosil. It’s not if, but when. Hari ini adalah saatnya untuk zaman energi terbarukan," ujar Tubagus Aryandi Gunawan.
Baca juga: Jalan menuju wisata Lembah Panyaweuyan Majalengka tertutup longsor
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2021