Pemerintah Kota Semarang mencatat setidaknya 29 titik banjir dan 21 titik tanah longsor akibat cuaca buruk tersebut. Selain menggenangi berbagai permukiman dan fasilitas publik, banjir juga mengakibatkan jalur kereta api lintas utara putus di wilayah Daop 4 Semarang.
Banjir saat itu sempat menggenangi rel di perlintasan antara Stasiun Tawang hingga Stasiun Alastuwa Semarang.
Manajer Humas PT KAI Daop 4 Semarang Krisbiyantoro mengatakan panjang rel yang tergenang air mencapai 6 km dengan ketinggian yang bervariasi sehingga sejumlah perjalanan kereta menjadi tertunda jika ada genangan yang melebihi kelayakan operasional kereta api setinggi 7,5 cm.
Genangan air sepanjang jalur itu cukup alam terjadi di beberapa titik, bahkan ada yang mencapai lebih dari 30 cm dari atas kopel rel sehingga terpaksa sejumlah perjalanan kereta dihentikan.
Membahayakan
Banjir yang menggenangi rel kereta memang bisa mempengaruhi operasional kereta itu sendiri dan membahayakan perjalanan karena air yang menggenangi rel tersebut akan rembes dan menyebabkan fungsi operasional dari rem tidak berjalan mulus. Akibatnya, kereta dapat kapan saja mengalami rem blong dan tidak menutup kemungkinan mengakibatkan kecelakaan.
Selain itu, rel yang tergenang banjir dikhawatirkan akan mengakibatkan pergeseran dudukan rel apalagi jika arus banjir cukup deras. Bergesernya rel beberapa centimeter saja jika dilewati kereta maka tidak menutup kemungkinan kereta akan anjlok.
Tergenangnya rel juga sangat membatasi sudut pandang masinis karena masinis tidak mengetahui secara persis apakan rel yang di depan telah bergeser atau ada benda yang melintang di atasnya.
Bisa dibayangkan jika masinis tidak bisa menghindari sebuah besi yang melintang karena terendam air, dikhawatirkan kereta akan mengalami kecelakaan. Kejadian ini tidak boleh terjadi karena bisa memakan korban dan menghambat perjalanan kereta lainnya.
Untuk mencegah risiko dan sudah sesuai prosedur keselamatan perjalanan, PT KAI lebih memilih menunda perjalanan kereta jika banjir tengah menggenangi jalur.
Akibatnya, perjalanan sejumlah KA terpaksa dialihkan melalui jalur selatan. Sementara yang lain, penumpang dialihkan dengan menggunakan bus untuk mencapai stasiun tujuannya.
Setidaknya enam kereta penumpang yang perjalanannya terganggu, seperti KA Argo Bromo Anggrek, KA Kaligung, KA Maharani, KA Kamandaka, KA Kedungsapur, serta KA Harina.
Hingga hari kedua banjir, genangan di sejumlah titik di Kota Semarang sudah mulai surut, meski demikian, jalur utara KA antara Tawang hingga Alastuwa masih terendam air di atas ambang batas yang ditentukan sehingga sejumlah kereta masih dialihkan melalui jalur selatan.
Baca juga: Perjalanan KA di Semarang masih dialihkan karena rel terendam air
Alternatif solusi
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang sempat mengecek kondisi sejumlah objek vital di sektor perhubungan di Kota Semarang yang terdampak banjir menyebut ada dua alternatif untuk mengatasi rel yang masih tergenang air tersebut, yakni dengan membuat tanggul atau meninggikan rel.
Ia menilai naikkan tinggi jalur rel lebih realistis dibanding membuat tanggul sepanjang jalur rel kereta yang berbiaya mahal, sehingga pada hari ketiga banjir, 8 Februari, akhirnya PT KAI memutuskan untuk memulai pekerjaan peninggian rel yang dinilai terendam air cukup dalam.
Setidaknya terdapat dua titik yang terendam air cukup parah dengan panjang mencapai sekitar 500 meter, yakni di km 2+700 sampai km 3+100 di jalur antara Stasiun Tawang dan Alastuwa.
Proses peninggian rel diawali dengan pekerjaan secara manual oleh para petugas KAI. Pekerjaan kemudian dilanjutkan dengan menggunakan alat berat untuk menempatkan material untuk menaikkan rel agar tidak terendam air.
Manajer Humas PT KAI Daop 4 Semarang Krisbiyantoro mengungkap bahwa proses peninggian rel tersebut sudah melalui perhitungan oleh teknisi KAI termasuk mempertimbangkan aspek lingkungan hidup di sekitar jalur yang ditinggikan.
KAI tidak ingin rel yang ditinggikan itu justru menyebabkan lingkungan di sekitarnya lebih parah terkena banjir.
Setelah proses pengerjaan yang dilaksanakan sejak Senin (8/2) hingga Selasa (9/2) dini selesai, jalur yang sempat terendam tersebut bisa kembali dilintasi namun dengan kecepatan terbatas 10 km per jam. Kereta pertama yang pertama melintas setelah dibuka yakni KA Maharani jurusan Surabaya-Semarang.
Baca juga: Rel terendam air, perjalanan KA rute Semarang - Solo dialihkan
Permanen
Krisbiyantoro menjelaskan peninggian rel tersebut bukan sementara, namun permanen karena peninggian jalan kereta ini menjadi solusi memungkinkan untuk segera menghubungkan kembali jalur utara yang sempat terputus.
Ia mengungkap, sebenarnya ada solusi sementara sambil menunggu air surut, yakni menggunakan lokomotif khusus yang memang bisa digunakan untuk melintasi kondisi genangan air. Namun hal tersebut tidak efektif jika memang genangan air cukup tinggi.
Ke depan memang perlu upaya sinergis bersama pemangku kepentingan terkait untuk memastikan jalur KA tersebut tidak terlalu lama tergenang air jika memang curah hujan tinggi, misalnya dengan membangun rumah-rumah pompa air di beberapa titik agar genangan bisa disalurkan ke wilayah lain yang lebih rendah.
Pemerintah daerah dan Kementerian PU perlu dilibatkan untuk bersama-sama mencari solusi jangka panjang agar wilayah genangan di sekitar rel kereta bisa mendapatkan saluran pembuangan yang semestinya sehingga walaupun genangan air cukup tinggi akibat hujan ekstrem, bisa segera dipulihkan dengan memfungsikan rumah pompa.
Kementerian PU bisa melakukan kajian untuk membangun saluran pembuangan ke daerah lain yang lebih rendah, sementara pemerintah daerah bisa membangun rumah pompa untuk mempercepat surutnya genangan.
Keterlibatan pemda sangat beralasan karena karena kelancaran perjalanan kereta api juga pada akhirnya akan memberikan kenyamanan perjalanan yang pasti juga dinikmati penduduk setempat dan memperlancar roda perekonomian daerah.
Baca juga: Banjir Mangkang Semarang ganggu perjalanan KA
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021