Yogyakarta (ANTARA) - Hampir sama seperti di daerah lain, Kota Yogyakarta pun mengawali program vaksinasi COVID-19 kepada kepala daerah dan sejumlah pimpinan lembaga daerah lainnya serta tokoh masyarakat pada 15 Januari 2021, untuk selanjutnya dilakukan ke seluruh tenaga kesehatan di kota tersebut.
Di kota tersebut tercatat lebih dari 8.000 tenaga kesehatan yang mendapat prioritas untuk menerima vaksin COVID-19 pada tahap pertama. Namun demikian, jumlah tenaga kesehatan yang mendaftar terus bertambah karena pendataan masih dibuka.
Meski demikian, tidak semua tenaga kesehatan memenuhi syarat untuk divaksin karena beberapa sebab, seperti memiliki penyakit penyerta, sudah pernah terpapar COVID-19, sedang hamil, atau tengah menyusui.
Pada awal vaksinasi, Kota Yogyakarta menargetkan mampu melakukan vaksinasi untuk 200 hingga 300 tenaga kesehatan per hari. Kapasitas dan kecepatan pemberian vaksin pun ditingkatkan seiring dengan adanya program vaksinasi massal untuk tenaga kesehatan.
Hingga awal pekan kedua Februari, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menyebut, sudah ada 70 persen tenaga kesehatan di kota tersebut yang menuntaskan vaksinasi, atau sudah menerima dua kali injeksi vaksin COVID-19. Dan 30 persen tenaga kesehatan yang baru menerima satu kali suntikan.
Jumlah tenaga kesehatan yang sudah menerima dua kali suntikan vaksin diyakini lebih banyak karena masih ada pencatatan yang dilakukan secara manual sebelum dimasukkan dalam sistem pencatatan terpusat.
Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi menyatakan optimistis pelaksanaan vaksinasi COVID-19 untuk tenaga kesehatan bisa berjalan lancar, bahkan lebih cepat dibanding target awal.
Sebelumnya, vaksinasi untuk tenaga kesehatan diharapkan dapat diselesaikan awal Maret atau paling lambat April 2021.
Ia pun memastikan, seluruh tenaga kesehatan yang sudah terdaftar untuk vaksinasi tahap pertama bisa menyelesaikan vaksinasi pada akhir Februari. Seluruhnya sudah menerima dua kali suntikan vaksin, kecuali untuk tenaga kesehatan lansia yang memang baru mulai mendapat vaksin pada awal pekan lalu.
Total vaksin yang diperoleh Kota Yogyakarta sebanyak 19.400 dosis yang diterima dua kali, masing-masing 9.800 dosis pada tahap pertama dan 9.600 dosis pada tahap kedua. Jumlah tersebut diperkirakan mampu memenuhi kebutuhan vaksinasi untuk tenaga kesehatan.
Jika mengacu pada prosedur pemberian vaksin yang dilakukan dua kali penyuntikan, maka stok vaksin yang dimiliki Kota Yogyakarta saat ini setidaknya mampu memenuhi kebutuhan vaksinasi untuk sekitar 9.700 tenaga kesehatan.
Berdasarkan hitungan ketersediaan vaksin dan target penyelesaian vaksinasi untuk tenaga kesehatan lansia, Heroe bahkan menyebut dimungkinkan bisa digunakan untuk melakukan vaksinasi tahap dua lebih cepat, yaitu untuk masyarakat umum yang dimulai bagi pelayan publik dan lansia.
Meskipun demikian, hingga saat ini belum ada keputusan apapun terkait pendataan bagi masyarakat umum atau pelayan publik yang bisa menerima vaksinasi.
Sektor pelayanan publik yang akan diprioritaskan untuk menerima vaksin di Kota Yogyakarta pun masih menjadi bagian dari kajian, seperti aparat kepolisian, TNI, dan pelayan publik lain yang rentan terpapar virus.
Heroe memastikan, seluruh fasiliats layanan kesehatan di Kota Yogyakarta memiliki kapasitas untuk melaksanakan vaksinasi, bahkan beberapa rumah sakit yang tidak menjadi rujukan penanganan COVID-19 pun bisa melaksanakan vaksinasi dengan baik.
Vaksinasi lansia
Selain menyelesaikan program vaksinasi untuk tenaga kesehatan aktif yang berusia di bawah 60 tahun, program vaksinasi di Kota Yogyakarta juga mulai berproses untuk tenaga kesehatan lansia yang masih aktif bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
Seperti pemberian vaksinasi untuk tenaga kesehatan yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, dokter atau tenaga medis lansia dapat mengakses vaksin di fasilitas kesehatan tempat mereka masing-masing bekerja.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta terdapat sekitar 245 tenaga kesehatan lansia yang masih aktif bekerja di rumah sakit dan akan menjadi sasaran vaksinasi.
Vaksin yang digunakan pun sama, yaitu Sinovac, dengan dosis yang juga sama. Hanya saja jeda antarsuntikan menaadi lebih panjang, yaitu 28 hari, guna memberikan waktu yang lebih banyak bagi tubuh untuk membangun antibodi dan penguatan antibodi dilakukan di suntikan kedua.
Pemberian vaksin untuk tenaga kesehatan lansia, menurut Dirut RS Panti Rapih Triputro Nugroho sangat dibutuhkan karena tenaga kesehatan tersebut juga tetap memberikan pelayanan di garis terdepan untuk pasien.
Terlebih, usia lansia, lebih dari 60 tahun, memiliki kerentanan yang lebih tinggi dibanding tenaga kesehatan yang berusai lebih muda dan menghadapi potensi risiko paparan yang juga sama.
Izin penggunaan darurat dari BPOM untuk vaksinasi lansia pun menjadi secercah harapan bagi tenaga kesehatan lansia yang juga masih berjibaku melawan pandemi.
Efek samping
Perbedaan kondisi tubuh tiap manusia akan menunjukkan reaksi yang berbeda-beda jika ada benda asing yang dimasukkan ke tubuh, begitu pula saat vaksinasi.
Vaksin yang berisi virus yang sudah dilemahkan ketika disuntikkan ke dalam tubuh tentu akan memicu respons tubuh yang berbeda-beda, dari tubuh yang tidak memberikan respons apapun hingga respons berat.
Namun demikian, sejak dilakukan penyuntikan vaksinasi pertama pada pertengahan Januari 2021, hingga saat ini Satgas Penanganan COVID-19 Yogyakarta sama sekali belum menerima laporan efek samping berat yang dirasakan tenaga kesehatan.
Sejumlah laporan yang diterima satgas rata-rata adalah keluhan mudah mengantuk dan mudah merasa lapar yang justru seringkali muncul dan dialami tenaga kesehatan, namun kondisi tersebut dipastikan tidak mengganggu aktivitas.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani menyebut, keluhan mudah mengantuk dan rasa lapar yang semakin meningkat tersebut tidak semuanya langsung dirasakan usai menerima injeksi vaksin pertama.
Sejumlah tenaga kesehatan, bahkan menyatakan tidak merasakan efek samping apapun usai menerima injeksi pertama, tetapi keluhan tersebut baru muncul usai menerina vaksin kedua. Atau ada pula yang sebaliknya.
Proses pemberian vaksin pun dirasakan berbeda-beda oleh tiap tenaga kesehatan. Ada yang merasakan sakit dan pegal di sekitar lokasi suntikan, namun ada pula yang sama sekali tidak merasakan sakit.
Emma menyebut, berbagai keluhan tersebut dirasa masih dalam tingkatan yang wajar dan tidak hanya dirasakan saat menerima vaksin COVID-19. Pelaksanaan imunisasi lain pun akan memberikan efek yang hampir sama, bahkan terkadang disertai demam.
Oleh karenanya, ia berharap apabila nantinya vaksin COVID-19 sudah dapat diberikan ke masyarakat umum, maka masyarakat tidak perlu khawatir dengan efek samping yang akan muncul.
Pemberian vaksin kepada kepala daerah dan pimpinan lembaga lain serta tokoh masyarakat untuk mengawali program vaksinasi di Kota Yogyakarta dapat dijadikan sebagai contoh dan acuan bagi masyarakat.
Pimpinan daerah memberikan kampanye bahwa vaksin aman dan halal, sehingga tujuan pemberian vaksin, yaitu terciptanya kekebalan tubuh yang lebih baik, hingga mencapai kekebalan di masyarakat untuk melawan virus dapat terpenuhi.
Dengan demikian, berbagai upaya untuk melawan dan mengalahkan pandemi yang sudah berlangsung hampir satu tahun bisa mencapai titik terang dan aktivitas masyarakat pun akan kembali normal.
Meskipun demikian, pemberian vaksin tidak lantas diartikan bahwa masyarakat bisa abai dan sembrono tidak melaksanakan protokol kesehatan karena aturan tersebut tetap akan menjadi kewajiban untuk selalu dilaksanakan.
Pengembalian kondisi usai pandemi COVID-19 mereka tidak bisa dilakukan secepat membalikkan telapak tangan. Masyarakat harus tetap melakukan berbagai penyesuaian dan adaptasi dengan cara hidup baru, bahkan gaya hidup yang jauh lebih sehat dibanding sebelum pandemi.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021