Telah terjadi kenaikan dan penurunan yang tiba-tiba pada level air menuju hilir dari Jinghong dan terus ke hilir menuju Vientiane,Bangkok (ANTARA) - Mekong River Commission (MRC), organisasi antarpemerintah Kamboja, Laos, Thailand, dan Vietnam, menyatakan pada Jumat bahwa tingkat air di Sungai Mekong telah berada di "level mengerikan".
Aliran sungai yang vital tersebut berubah menjadi biru sepanjang perbatasan Thailand dan Laos, dari yang biasanya berwarna kecoklatan, yang menandakan air dangkal dan rendahnya tingkat sedimentasi kaya nutrisi.
MRC menyebut kondisi itu sebagian diakibatkan oleh pembatasan aliran dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Jinghong di Provinsi Yunan, China; curah hujan rendah serta bendungan di Mekong Bawah dan anak sungai juga turut berkontribusi.
"Telah terjadi kenaikan dan penurunan yang tiba-tiba pada level air menuju hilir dari Jinghong dan terus ke hilir menuju Vientiane (ibu kota Laos, red)," kata Winai Wongpimool, Direktur Divisi Dukungan Teknis di Sekretariat MRC.
Fluktuasi semacam itu berdampak pada migrasi ikan, pertanian, dan transportasi yang menjadi sandaran bagi hampir 40 juta orang untuk penghidupan mereka serta keamanan pangan.
"Untuk membantu negara-negara area Mekong Bawah menangani risiko secara lebih efektif, kami meminta China serta negara-negara Mekong Bawah untuk berbagi rencana pengaliran air mereka dengan kami," ujar Winai.
MRC menyebut kondisi normal mungkin saja kembali jika sejumlah besar volume air dialirkan dari reservoir PLTA China.
Mekong Dam Monitor, proyek pemantauan bendungan menggunakan data satelit untuk melacak level air--yang didanai Amerika Serikat, juga mengatakan bahwa pihaknya mengamati fluktuasi harian aliran air dari Bendungan Jinghong pada Februari.
Tahun lalu, China berjanji untuk berbagi data dari bendungannya dengan negara anggota MRC. Pada Januari 2021, Beijing memberitahukan negara-negara itu bahwa bendungan China mengisi reservoir, dan alirannya akan kembali ke "status operasi normal" pada 25 Januari.
Aliran keluar air di Bendungan Jinghong tercatat 785 meter kubik per detik pada awal Januari, sebelum meningkat ke 1.400 meter kubik per detik pada pertengahan bulan yang sama, menurut data MRC.
Kemudian, level air kembali turun pada Februari dan tercatat 800 meter kubik per detik pada Kamis (11/2). Pernyataan MRC tidak menyebut tentang pemberitahuan terbaru apapun dari pihak China.
Sumber: Reuters
Baca juga: Terancam kekeringan, warga Thailand protes Bendungan Xayaburi di Laos
Baca juga: ASEAN harus lindungi sumber air sungai Mekong
Baca juga: Ilmuwan identifikasi 150 lebih spesies baru di Mekong
Penerjemah: Suwanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021