yang sakit berat itu titer antibodinya juga akan lebih tinggi

Jakarta (ANTARA) - Penyintas COVID-19 dari kondisi berat memiliki kadar antibodi tinggi sehingga bisa menjadi pendonor plasma konvalesen, kata Dokter Frans O.H. Prasetyadi dari RSAL Dr. Ramelan di Surabaya, Provinsi Jawa Timur.

RSAL Dr. Ramelan Surabaya merupakan salah satu rumah sakit peserta penelitian uji klinis plasma konvalesen sejak 2020.

"Yang bisa donor adalah penyintas dengan gejala ini kadar antibodinya akan lebih tinggi daripada yang tanpa gejala. Yang sakit berat itu titer antibodinya juga akan lebih tinggi," kata Frans dalam dalam webinar Plasma Konvalesen pada Penanganan COVID-19, Jakarta, Kamis.

Dalam uji klinis tersebut, salah satu tantangan besar adalah kurangnya pendonor plasma konvalesen, dan hanya mereka yang memenuhi kriteria sebagai pendonor yang bisa memberikan plasma konvalesen.

Salah satu kriterianya adalah para pendonor harus memiliki kadar antibodi cukup tinggi untuk dapat memberikan plasma konvalesen yang dibutuhkan penderita COVID-19.

Baca juga: Menteri: Terapi konvalesen perbesar peluang sembuh dari COVID-19
Baca juga: Wamenkes: Uji klinis plasma konvalesen butuh lebih banyak donor

Frans menuturkan penyintas COVID-19 yang ketika terinfeksi COVID-19 menunjukkan gejala, memiliki titer antibodi yang lebih tinggi daripada mereka yang tanpa gejala.

Demikian pula, laki-laki penyintas COVID-19 memiliki kadar antibodi lebih tinggi daripada perempuan.

Kemudian, mereka yang berusia lanjut (lansia) mempunyai kadar antibodi lebih tinggi dibandingkan yang usia lebih muda.

"Dan tentu saja pasien yang dirawat itu titer antibodinya juga lebih tinggi daripada yang rawat jalan," tuturnya.

Baca juga: PMI Yogyakarta terima 25 permintaan plasma konvalesen tiap hari
Baca juga: Telkom sediakan layanan "call center" plasma konvalesen

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021