"Rupiah sejak dua pekan lalu berada di posisi ketat antara Rp11.100/Rp11.150 per dolar AS kini turun tajam di atas level Rp11.200 per dolar AS, karena melonjaknya kebutuhan dolar," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, Selasa.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merosot tajam menjadi Rp11.210/Rp11.230 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp11.100/Rp11.125 atau turun 110 poin.
Menurut dia, tingginya permintaan dolar AS terutama disebabkan kebutuhan pasar yang meningkat khususnya BUMN seperti Pertamina dan PLN.
Pertamina dan PLN membutuhkan dolar AS dalam jumlah besar untuk membayar utangnya yang sudah jatuh tempo, katanya.
Meski demikian, lanjut dia, posisi rupiah dinilai masih cukup aman karena masih jauh untuk mendekati angka Rp12.000 per dolar AS. "Saya kira untuk mencapai angka Rp12.000 per dolar AS memerlukan waktu yang cukup lama," ucapnya.
Menurut dia, koreksi rupiah diperkirakan terjadi hanya sementara saja, kemungkinan pada hari berikutnya akan membaik yang didukung oleh masuknya Bank Indonesia (BI) ke pasar melakukan intervensi pasar.
BI akan melepaskan cadangan dolar AS untuk menahan tekanan pasar yang cukup besar yang mendorong rupiah berada di atas posisi Rp11.200 per dolar AS, ucapnya.
Ia mengatakan, masuknya BI yang didukung oleh makin membaiknya indikator ekonomi nasional memberikan harapan bagi rupiah untuk kembali ke posisi pada level Rp11.000 per dolar AS.
"Kami optimis dalam waktu tidak lama rupiah akan kembali membaik hingga mencapai angka Rp11.000 per dolar AS," ucapnya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009