New York (ANTARA) - Saham-saham datar pada awal perdagangan di Asia, Kamis pagi, ketika investor mengerem kenaikan harga-harga aset setelah menerima data inflasi AS yang moderat dan komentar dari ketua Federal Reserve yang menegaskan prospek pemulihan lambat.
Indeks S&P/ASX 200 Australia dibuka naik tipis 0,02 persen, sementara indeks berjangka e-mini untuk S&P 500 merangkak naik 0,05 persen.
"Beberapa mesin telah kehabisan tenaga selama beberapa sesi perdagangan terakhir," kata Jarrod Kerr, kepala ekonom di Kiwibank.
"Kami telah melakukan perjalanan yang baik, tetapi datanya belum mengikuti," kata Kerr, memprediksi bahwa imbal hasil obligasi dan saham masih akan mengakhiri tahun lebih tinggi setelah jeda dalam perdagangan reflasi.
Jeda tersebut bertepatan dengan sebagian besar Asia yang memasuki liburan diperpanjang untuk Tahun Baru Imlek.
Pada Rabu (10/2/2021), pasar di seluruh dunia melihat perdagangan bergejolak dan pergerakan ringan di sebagian besar harga aset, dengan pengecualian obligasi pemerintah AS di mana imbal hasil jatuh setelah data menunjukkan inflasi tetap jinak pada Januari, mengecewakan investor yang bertaruh pada peningkatan tekanan harga.
Imbal hasil acuan obligasi AS 10-tahun turun menjadi 1,135 persen setelah naik menjadi 1,176 persen. Pada Senin (8/2/2021), imbal hasil telah mencapai 1,2 persen, tertinggi dalam 11 bulan.
Gerakan tersebut diperkuat ketika Ketua Federal Reserve Jerome Powell, yang telah berjanji untuk mempertahankan suku bunga rendah, mengatakan pasar tenaga kerja AS masih "jauh" dari lapangan kerja penuh.
Saham Wall Street mengabaikan komentar Powell. Indeks-indeks utama sedikit berubah, meskipun Dow Jones Industrial Average meraih kenaikan 0,2 persen ke rekor penutupan 31.437,80 poin. S&P 500 tergelincir 0,03 persen dan Komposit Nasdaq kehilangan 0,25 persen dari rekor penutupan sehari sebelumnya.
Di dalam indeks-indeks, terjadi perputaran uang lebih lanjut dari beberapa saham teknologi besar ke saham energi, saham keuangan, yang memperluas kepemimpinan pasar.
Saham Eropa juga ditutup lebih rendah pada Rabu (10/2/2021), dengan indeks pan-Eropa STOXX 600 berakhir 0,2 persen di zona merah.
Indeks dolar melayang 0,2 persen lebih rendah setelah data inflasi AS yang jinak, mencatat penurunan hari ketiga karena kerugian terhadap sterling dan euro. Mata uang kripto bitcoin turun lebih dari 3,0 persen menjadi 45.140,10 dolar AS pada 23:27 GMT.
Pada Selasa (9/2/2021), bitcoin telah mencapai 48.216 dolar AS setelah pengungkapan Tesla tentang investasi 1,5 miliar dolar AS dalam mata uang virtual.
Minyak mentah AS turun pada Kamis pagi sebesar 0,36 persen menjadi 58,47 dolar AS per barel dan Brent berada di 61,10 dolar AS, naik 0,02 persen.
Pada Rabu (10/2/2021), minyak naik untuk hari kesembilan, kemenangan beruntun terpanjang dalam dua tahun, didukung oleh pengurangan pasokan produsen dan harapan peluncuran vaksin akan meningkatkan permintaan.
Beberapa tetap berhati-hati tentang reli minyak mentah. “Tingkat harga saat ini lebih sehat daripada pasar sebenarnya dan sepenuhnya bergantung pada pengurangan pasokan, karena permintaan masih perlu pulih,” kata Bjornar Tonhaugen dari Rystad Energy.
Spot emas terakhir naik 0,1 persen menjadi 1.843,23 dolar AS. Emas berjangka AS ditutup naik 0,3 persen pada Rabu (10/2/2021).
"Emas berada dalam sedikit tarik menarik," kata analis ED&F Man Capital Markets, Edward Meir. Sementara dolar yang lebih lemah sedang bullish, ekspektasi untuk paket stimulus AS yang besar mengarah ke suku bunga yang lebih tinggi yang mungkin menahan emas kurang menarik, katanya.
Baca juga: Wall Street beragam saat teknologi besar jatuh, Dow naik 61,97 poin
Baca juga: Saham Inggris balik melemah, indeks FTSE 100 menyusut 0,11 persen
Baca juga: Minyak catat reli terpanjang 2 tahun, vaksin angkat harapan permintaan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021