Program ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial dari mitra kerja Kementerian LHK yang telah menunjukkan kepedulian dan komitmen yang tinggi tentang bagaimana mengarusutamakan isu lingkungan kepada generasi mudaJakarta (ANTARA) - Direktur Kemitraan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Jo Kumala Dewi mengapresiasi Sompo Environment Foundation mendorong generasi muda Indonesia lebih peduli dengan lingkungan hidup lewat NGO Learning Internship Program.
"Program ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial dari mitra kerja Kementerian LHK yang telah menunjukkan kepedulian dan komitmen yang tinggi tentang bagaimana mengarusutamakan isu lingkungan kepada generasi muda," katanya menurut rilis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Langkah itu, menurut Jo Kumala Dewi, dapat menjadi program yang memberdayakan generasi muda sebagai agen perubahan.
NGO Learning Internship Program adalah kegiatan yang sudah berlangsung sejak 2019, bertujuan mengajak mahasiswa Indonesia terlibat aktif dan memperdalam pemahaman tentang berbagai masalah lingkungan termasuk perubahan iklim dan konservasi hutan.
Selain itu diharapkan peserta dapat memperluas kesadaran mereka tentang pekerjaan yayasan lingkungan dalam menangani masalah-masalah tersebut.
"Tahun ini adalah tahun ketiga program ini berjalan di Indonesia dan mendapat perhatian yang sangat besar dari para mahasiswa. Kami sangat senang melihat anak muda Indonesia memiliki kesadaran dan antusiasme tinggi mengambil langkah proaktif untuk menanggulangi masalah lingkungan," kata Direktur Eksekutif Sompo Environment Foundation Yoshikazu Nishiwaki.
Lewat keikutsertaan generasi muda dalam kegiatan tersebut, kata dia, Sompo Environment Foundation berharap mereka dapat berkembang menjadi pemimpin masa depan yang memiliki kesadaran lingkungan.
Menurut Nishiwaki, program itu telah menerima ratusan mahasiswa sejak 2019 dan pada tahun ini memilih 20 mahasiswa magang dari berbagai universitas seperti IPB University, Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta dan lain sebagainya.
Seluruh peserta akan disebar di tujuh yayasan lingkungan di Jabodetabek yakni Benua Lestari Indonesia, Borneo Orang Utan Survival Foundation (BOSF), Burung Indonesia, Conservation International Indonesia, DeTara Foundation, InSWA, Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP).
Direktur Umum Japan Environmental Education Forum Indonesia, Makoto Yata, dalam kesempatan yang sama juga mengatakan pihaknya akan mendampingi para peserta dan menjalankan program di Indonesia selama delapan bulan mulai Februari hingga September.
"Dalam periode tersebut setiap peserta wajib mengikuti berbagai aktivitas lingkungan bersama yayasan masing-masing. Mereka juga mendapat tunjangan Rp100 ribu per hari untuk transportasi dan makan, maksimum 75 hari per mahasiswa. Peserta juga diwajibkan mengikuti pertemuan bulanan dan mengirimkan laporan bulanan kepada SOMPOEF," katanya.
Sebelum pandemi COVID-19, kata dia, para mahasiswa diajak berpartisipasi dalam Work Camp untuk merasakan kegiatan perlindungan lingkungan yang sebenarnya. Di antaranya ke Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan menghadiri Seminar Jurnalistik Lingkungan yang diadakan oleh KLHK.
Namun, di masa pandemi pertemuan akan dilakukan secara daring dan tatap muka dengan menerapkan dan mematuhi protokol kesehatan, demikian Makoto Yata.
Baca juga: Mahasiswa UI rancang batu bata ramah lingkungan dari lumpur Lapindo
Baca juga: Mahasiswa Untan lakukan pengamatan lingkungan di Singkawang
Baca juga: Pengusaha bauksit diingatkan mahasiswa UMRAH perhatikan lingkungan
Baca juga: Mahasiswa teknik sipil diperkenalkan produk semen ramah lingkungan
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021