Jakarta (ANTARA) - Ketua Yayasan Kanker Indonesia Prof. DR. dr. Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP dan dokter dari RSCM mengatakan kanker lambung tidak terjadi secara mendadak.
Kanker lambung disebabkan karena adanya sel-sel kanker yang tumbuh di dalam lambung lalu menjadi tumor. Biasanya secara perlahan, tumor itu akan berkembang menjadi kanker selama bertahun-tahun.
Prof. Aru mengatakan kanker lambung muncul tanpa disadari karena gejala yang muncul sulit terdeteksi sehingga banyak yang mengira penyakit tersebut timbul secara mendadak.
Baca juga: Sebelum meninggal, dokter Naek L. Tobing juga kena kanker lambung
"Kanker itu munculnya tidak dalam waktu singkat, kanker payudara, usus besar, paru semua itungannya 10-20 tahun," kata Prof. Aru dalam webinar "Gaya Hidup Masa Kini: Waspada Kanker Lambung Mengintai Anda!" pada Rabu.
Lambung adalah organ tubuh yang memiliki rongga besar. Jika terdapat keluhan seperti nyeri uluhati atau sakit pada perut, rata-rata orang akan menganggapnya seperti sakit maag biasa.
"Karena lambung adalah rongga yang besar sering kali tidak membuat keluhan sampai dia mengganggu karena menimbulkan nyeri berlebihan atau karena menyumbat atau berdarah," ujar Prof. Aru.
"Kalau pasien datang sudah muntah darah biasanya itu sudah menyebar tapi bukan tumornya muncul mendadak mungkin sudah berjalan 10-15 tahun," imbuhnya.
Sangat penting bagi masyarakat untuk memahami gejala dari kanker lambung. Jika merasakan nafsu makan yang menurun, sakit uluhati, sakit perut terus-menurus, anemia, mual, berat badan turun, muntah dengan atau tanpa darah sebaiknya segera memeriksakan diri pada ahli.
Sementara itu, Prof. Aru membantah bahwa penyakit maag dapat menyebabkan kematian. Menurutnya, kematian mendadak disebabkan oleh penyakit jantung
"Karena serangan jantung gejalanya persis seperti sakit maag, terus sakit uluhati kemudian mati mendadak. Sakit maag tidak bikin meninggal," kata Prof. Aru.
Baca juga: Enam gejala kanker lambung yang harus diwaspadai
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021