"Banyak orang saat ini berpikir ASI yang encer dibuang saja, ASI yang kental justru bagus. Padahal ASI selalu terdiri dari dua bagian yang pertama keluar namanya foremilk, bentuknya lebih encer karena banyak mengandung laktosa yang sangat penting untuk kebutuhan otak anak," kata dia dalam peluncuran dan bincang buku "Mommyclopedia 456 ASI dan Menyusui" secara daring, Sabtu.
Setelah foremilk keluar, akan disusul keluarnya hindmilk yakni bagian ASI yang tinggi lemak. Bagian ASI ini juga sangat penting untuk perkembangan bayi sehingga jangan dibuang. Ini artinya, baik foremilk maupun hindmilk sama pentingnya untuk bayi.
Baca juga: Kemenkes: hampir separuh bayi di Indonesia tidak dapat ASI eksklusif
Kemudian, mengenai kuantitas kedua bagian ASI ini, Meta mengatakan ini bisa sangat subjektif. Dia menekankan pentingnya pemanfaatan data yang memerlukan konsultasi dengan dokter.
"Banyak foremilknya terlalu sedikit hindmilknya itu sangat subjektif. Makanya objektifnya data. Kalau berat badannya naiknya baik saya rasa enggak perlu ada kekhawatiran," kata dia.
Meta mengatakan, agar produksi ASI lancar ingatlah prinsip supply and demand. Jadi, semakin sering ASI dikeluarkan, diperah maka akan semakin sering pula ASI diproduksi. Tetapi ada beberapa hal misalnya stres yang bisa menghambat kelancaran aliran ASI. Oleh karena itu, para ibu menyusui sebaiknya mengendalikan stres mereka.
Perhatikan pola makan seimbang artinya harus mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral melalui makanan sehari-hari yang bervariasi.
Terkait kalori, memang kebutuhan ibu menyusui lebih tinggi ketimbang perempuan yang tidak menyusui. Bayi biasanya membutuhkan 450-500 kilo kalori dan ini bisa dicukupi dari satu porsi makanan sehat. Artinya bila ibu setiap hari makan tiga kali maka bisa menambah satu makan menjadi empat bukannya malah enam.
Baca juga: Makan hidangan pedas saat menyusui bisa sebabkan anak diare,benarkah?
Baca juga: Angka ASI eksklusif meningkat selama pandemi COVID-19, alasannya?
Baca juga: Ibu positif COVID-19 bisa tetap menyusui secara aman
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021