Jakarta (ANTARA) -
Deputi III Kantor Staf Presiden (KSP) Panutan S. Sulendrakusuma mengatakan di tengah pandemi COVID-19, pemerintah berhasil menjaga ketersediaan barang dan jasa yang tercermin dari tingkat inflasi Januari 2021 yang hanya 0,26 persen (month to month/m to m).

Panutan menyampaikan catatan ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama 2020 dan 2019, dengan masing-masing sebesar 0,39 persen dan 0,32 persen.

"Secara tahunan, inflasi Januari 2021 sebesar 1,55 persen (year to year). Ini menunjukkan ketersediaan barang dan jasa yang memadai dalam situasi ekonomi yang masih menghadapi pandemi COVID-19," ujar Panutan S. Sulendrakusuma, dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.


Panutan menyampaikan memasuki 2021 sisi permintaan yang belum pulih karena pandemi COVID-19 ikut memengaruhi perkembangan harga barang dan jasa.

Koreksi harga terjadi pada komoditas hortikultura seperti cabai dan bawang merah seiring masuknya musim panen.

Selain itu, berlanjutnya kebijakan culling dan cutting berdampak pada melimpahnya pasokan telur ayam ras, meningkatnya inflasi cabe rawit, sebagai imbas dari rendahnya stok panen, serta naiknya harga daging sapi, tempe dan tahu.


"Itu merupakan inflasi komponen bergejolak yang pada Januari 2021 tercatat sebesar 1,15 persen (m to m). Adapun deflasi komponen harga diatur pemerintah antara lain disebabkan oleh penurunan tarif angkutan udara," tutur Panutan.


Panutan juga menjelaskan, berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi Januari 2021 didorong oleh hampir semua kelompok pengeluaran kecuali transportasi, di antaranya, kenaikan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,81 persen, pakaian dan alas kaki sebesar 0,11 persen, perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,03 persen.


Ada juga perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,15 persen, kesehatan 0,19 persen, informasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,04 persen, rekreasi, olahraga dan budaya 0,05 persen, pendidikan 0,04 persen, penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,336 persen dan perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,23 persen.

"Kelompok transportasi mengalami penurunan harga 0,30 persen (m to m)," tambah Panutan.


Menurut data terdapat 75 kota yang mengalami inflasi, sementara 15 lainnya mengalami deflasi.

Mamuju mengalami inflasi tertinggi 1,43 persen. Sementara, Balikpapan dan Ambon mengalami inflasi terendah masing-masing 0,02 persen.

Adapun deflasi tertinggi terjadi di Bau-Bau Sulawesi Tenggara sebesar 0,92 persen dan deflasi terendah terjadi di Pontianak sebesar 0,01 persen.

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021