Jakarta (ANTARA) - Dosen dan peneliti bidang cyber security, cryptography, dan cloud computing di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (UI) Dr. Amril Syalim mengatakan quantum computing bermanfaat untuk mendukung proses perhitungan jauh lebih cepat dibanding komputer biasa.
"Quantum computing adalah cara melakukan komputasi dengan memanfaatkan fenomena pada fisika yang disebut superposition (superposisi) dan entanglement (keterkaitan kuantum) yang berdampak pada proses perhitungan yang jauh lebih cepat dibanding komputer biasa untuk beberapa permasalahan tertentu seperti masalah pencarian kunci pada kriptografi, simulasi dunia fisik dan machine learning," kata Amril Syalim saat dihubungi ANTARA, Jakarta, Rabu.
Amril yang juga Ketua Program Studi Sarjana Ilmu Komputer di Universitas Indonesia menuturkan quantum computing yang diimplementasikan dengan komputer kuantum bermanfaat untuk membantu proses komputasi termasuk di sektor perekonomian.
Namun, komputer kuantum juga tidak akan digunakan untuk menggantikan komputer yang dipakai saat ini, karena tidak semua masalah komputasi bisa dihitung oleh komputer kuantum lebih cepat dibanding komputer biasa.
Baca juga: NSA buat komputer kuantum untuk pecahkan enkripsi
Baca juga: Ilmuwan Italia Buat Terobosan Dalam Superkomputer
"Jadi nanti implementasinya, komputer kuantum akan sebagai pelengkap komputer yang kita gunakan saat ini dan digunakan untuk permasalahan-permasalahan khusus tersebut," ujarnya.
Sebagai contoh, komputer kuantum bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki dan mempercepat perhitungan seperti simulasi cuaca, pemecahan kode enkripsi, dan proses pembelajaran mesin. Namun, untuk pekerjaan office seperti Microsoft Word, Excel, bahkan juga aplikasi web, aplikasi mobile akan tetap menggunakan komputer biasa.
Dalam skala kecil, komputer kuantum sudah terbukti bisa diimplementasikan.
Namun, untuk skala besar supaya dapat menghitung dengan data dalam jumlah besar, masih banyak masalah yang perlu diselesaikan sehingga untuk sekarang ini belum ada komputer kuantum yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam skala besar di dunia nyata.
Namun, selalu ada kemajuan di bidang implementasi komputer kuantum ke depan sehingga penguasaan teknologinya tidak bisa dikesampingkan.
"Jadi dari sekarang sebaiknya negara kita sudah mulai bersiap-siap untuk menguasai teknologi komputer kuantum ini agar tidak ketinggalan dari negara lain," tutur Amril.
Komputer kuantum berbeda dengan komputer biasa. Komputer biasa memiliki prosesor yang dibuat menggunakan peralatan elektronik seperti IC atau sirkuit terpadu yang dapat melakukan perhitungan matematika seperti penambahan, perkalian dan logika. Jadi, operasi yang bisa dilakukan sebetulnya juga berasal dari operasi matematika.
Untuk mensimulasikan dunia nyata pada komputer biasa, maka perlu membuat model atau persamaan matematis dari dunia nyata tersebut.
Sementara pada komputer kuantum, proses perhitungannya dilakukan dengan melakukan satu eksperimen fisika dan untuk mendapatkan hasilnya, perlu melakukan pengukuran pada eksperimen tersebut. Sehingga komputer kuantum dapat mensimulasikan dunia nyata dengan lebih baik karena cara perhitungannya langsung dengan melakukan eksperimen di dunia nyata.
Komputer kuantum memiliki kelebihan yakni
untuk beberapa permasalahan khusus dapat menghitung jauh lebih cepat karena efek superposisi yang dimilikinya sehingga perhitungannya bisa berjalan secara paralel.
Komputer kuantum juga lebih baik dalam mensimulasikan dunia nyata karena memanfaatkan secara langsung fenomena fisika. Misalnya, pemilihan sampel secara acak dengan cara lempar dadu tidak bisa disimulasikan secara sempurna oleh komputer biasa, tapi dapat dilakukan oleh komputer kuantum.
Di sisi lain, komputer kuantum memiliki kekurangan yaitu implementasi komputer kuantum tergolong sangat sulit, karena untuk mengimplementasikan komputer kuantum, harus melakukan eksperimen fisika pada level kuantum di mana selama proses komputasi, operator (manusia) tidak bisa mengganggu proses itu.
"Jadi hasil perhitungannya hanya dapat diperoleh satu kali saja di akhir," ujar Amril.
Amril mengatakan setiap kali melakukan perhitungan akan terjadi eror yang harus dikoreksi agar hasilnya sesuai, dan itu tidak mudah dilakukan dan masih diteliti sampai sekarang.*
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021