Inisiatif COVAX, yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan aliansi vaksin GAVI, baru mulai membagikan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada Februari ini, dengan 2 dari 3 miliar dosis vaksin diharapkan dapat disalurkan tahun ini.
Kementerian Luar Negeri China pada Januari mengatakan bahwa produsen Sinovac Biotech, China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) dan CanSino Biologics telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan inisiatif COVAX.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengumumkan rencana pasokan tersebut saat konferensi pers pada Rabu, tanpa penjelasan lebih lanjut.
Ketiga produsen itu tidak langsung dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
WHO, yang meninjau permohonan tersebut, akan membuat keputusan mengenai vaksin COVID-19 buatan Sinopharm dan Sinovac paling cepat pada Maret, menurut dokumen internal COVAX yang dilihat oleh Reuters.
Vaksin COVID-19 Sinopharm dan Sinovac telah diluncurkan di sejumlah negara, termasuk di Brazil, Indonesia, Turki dan Uni Emirat Arab (UAE).
Sementara itu, vaksin COVID-19 produksi Cansino telah mengantongi izin untuk digunakan di kalangan militer China.
Belum ada satu pun dari ketiga produsen tersebut yang merilis rincian data mengenai keampuhan vaksin mereka kepada publik, tetapi akses awal yang terbatas untuk suntikan pesaing yang dikembangkan oleh Negara Barat membuat banyak negara berkembang mendaftarkan vaksin China.
Sumber: Reuters
Baca juga: Zimbabwe segera mendapat vaksin COVID-19 dari China
Baca juga: Uji sementara vaksin CanSino aman, cukup suntik satu dosis
Baca juga: Enam dari 100.000 penerima vaksin di China alami efek samping
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021