Sejak 2018, kami telah bertukar tentang keamanan, transportasi, tiket, relawan - kami telah berbagi informasi selama tiga tahun sekarang dan kami telah mendapatkan manfaat dari semua tindakan yang mereka buat tahun laluJakarta (ANTARA) - Paris akan siap menjadi tuan rumah Olimpiade 2024 meskipun pandemi COVID-19 nantinya masih belum mereda karena panitia penyelenggara telah mengerjakan rencana darurat, kata ketua panitia Paris 2024 Tony Estanguet, Selasa.
Olimpiade Tokyo 2020 ditunda satu tahun dan penyelenggara menghadapi tantangan berat untuk menjadi tuan rumah pesta olahraga sejagat itu Juli dan Agustus tahun ini saat krisis COVID-19 masih berkecamuk.
Berbicara kepada Reuters di Menara Eiffel, Estanguet mengatakan bahwa Paris 2024 sedang mempersiapkan segala kemungkinan.
"Ketika Anda menyelenggarakan acara seperti ini, Anda mencoba untuk mengantisipasi, tetapi tidak ada yang bisa membayangkan bahwa COVID-19 akan membuat kekacauan dalam hidup kita. Kita dapat memprediksi banyak hal, tetapi bukan ini," katanya.
"Yang menarik adalah melihat bagaimana kita dapat bereaksi terhadap peristiwa yang tidak terduga. Sejak awal tahun lalu, kami harus mengatur ulang dan mengerjakan konsep baru, dalam hal tempat pertandingan misalnya, untuk melihat bagaimana kita dapat beradaptasi dengan konteks baru.
"Pada akhirnya dalam beberapa bulan kami berhasil mengajukan proyek yang masih ambisius dan menghasilkan penghematan. Itulah pola pikir kami. Tidak ada rencana resmi B tetapi kami mengidentifikasi risiko dan solusinya. Dan kami akan mengerjakan ini sampai tuntas karena risiko terus berkembang."
Ditanya apakah penyelenggara akan siap menjadi tuan rumah Olimpiade pada 2024 jika situasinya mirip dengan tahun ini, Estanguet mengatakan: "Ada solusi."
Dengan penundaan Olimpiade 2020 satu tahun, ada kekhawatiran bahwa pembagian informasi antara Tokyo dan Paris akan terpengaruh.
Estanguet, bagaimanapun, bersikeras bahwa kedua komite penyelenggara telah melakukan kontak, memungkinkan Prancis memetik pelajaran berharga dari rekan-rekan Jepang mereka dalam hal manajemen krisis COVID-19.
"Sejak 2018, kami telah bertukar tentang keamanan, transportasi, tiket, relawan - kami telah berbagi informasi selama tiga tahun sekarang dan kami telah mendapatkan manfaat dari semua tindakan yang mereka buat tahun lalu," jelasnya.
"Meski Olimpiade belum terjadi, kami sudah belajar banyak dari Tokyo."
Persiapan untuk acara olahraga dapat sangat terganggu oleh pembatasan COVID-19, seperti yang ditemukan oleh para pemain tenis baru-baru ini dengan menjalani karantina ketat selama dua minggu menjelang turnamen di Australia.
Padahal menurut Estanguet, olimpiade adalah impian seorang atlet dan para peserta akan siap beradaptasi.
"Secara mental itu sangat sulit. Tiba-tiba, Anda tidak bisa berlatih dalam kondisi yang baik, atau sama sekali, tetapi itu adalah kekuatan juara hebat untuk beradaptasi lebih baik daripada orang lain ke konteks baru," katanya.
"Mereka harus tetap tenang dan tetap fokus."
Cabang selancar Olimpiade Paris 2024 akan berlangsung di Tahiti, hampir 8.000 kilometer dari ibu kota Prancis, suatu pengecualian di Olimpiade yang padat.
"Dari sudut pandang ekologi, ternyata Tahiti adalah tempat yang memiliki dampak karbon terkecil," kata Estanguet.
Tahiti menjamin kita akan memiliki ombak dan sebagian besar atlet datang dari Amerika Selatan, Australia atau Amerika Utara.
"Dari sudut pandang olahraga, sejauh ini itu adalah pilihan terbaik."
Baca juga: Jepang pastikan keberlangsungan Olimpiade Tokyo meski masih pandemi
Baca juga: Komite Olimpiade Italia tidak minta atletnya didahulukan untuk vaksin
Baca juga: Jepang masih berusaha gelar Olimpiade Tokyo musim panas tahun ini
Penerjemah: Teguh Handoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021