perbaikan gizi masyarakat sebaiknya difokuskan pada 1.000 hari pertama kehidupan

Jakarta (ANTARA) - Spesialis Gizi Klinik dari Indonesian Nutrition Association (INA) Dr dr Diana Sunardi MGizi SpGK mengingatkan bahaya anemia yang dapat menyebabkan sejumlah persoalan gizi seperti stunting.

“Seseorang dengan kondisi Anemia Defisiensi zat Besi (ADB) berisiko melahirkan bayi berat badan rendah (BBLR), stunting, komplikasi saat melahirkan dan risiko lainnya. Padahal kondisi ADB sendiri dapat terjadi lintas generasi dan dapat diturunkan sejak remaja, ibu hamil,anak dan seterusnya,” ujar Diana dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin.

Pada kasus balita dan anak, ADB bermula dari kurangnya zat gizi mikro pada 1.000 hari pertama kehidupan. Dampaknya berpengaruh pada tumbuh kembang anak yang terganggu, penurunan aktivitas fisik maupun kreativitas, serta menurunnya daya tahan tubuh sehingga meningkatkan risiko infeksi. Sedangkan pada kasus remaja, ADB dapat menurunkan produktivitas dan kemampuan akademis.

Kondisi ADB pada kehamilan usia remaja juga rentan terhadap keselamatan dan kesehatan ibu dan bayi.

“Oleh karena itu, urgensi perbaikan gizi masyarakat sebaiknya difokuskan pada 1.000 hari pertama kehidupan dan usia remaja,” kata Diana.

Baca juga: Anemia saat hamil dan asap rokok dapat akibatkan "stunting" bayi

Ia menjelaskan, kondisi ADB membawa pengaruh jangka pendek dan jangka panjang bagi tiap-tiap generasi. Jika ditarik benang merah, kondisi itu merupakan ancaman besar mengingat dampaknya terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia pada masa depan.

Di sisi lain, negara dituntut untuk dapat menciptakan generasi dengan daya saing global, sehingga terdapat urgensi untuk memutus mata rantai anemialintas generasi.

“Intervensi melalui pemenuhan nutrisi dan edukasi secara menyeluruh merupakan upaya yang dapat dilakukan dalam memutus mata rantai anemia baik di lingkup individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat. Pada anak di atas satu tahun, pencegahan anemia dapat dilakukan dengan memberikan gizi seimbang termasuk pangan makanan dan minuman yang mengandung zat besi maupun mikronutrien lain yang mendukung penyerapan zat besi seperti vitamin C,” jelas dia.

Sedangkan pada remaja dapat dilakukan melalui penanaman pola hidup sehat, yaitu mengonsumsi makanan yang bersih, sehat, dan bergizi seimbang. Selain itu juga dapat diberikan suplementasi tablet tambah darah. Tablet tambah darah adalah suplemen gizi dengan kandungan zat besi setara dengan 60 mg besi elemental dan 400 mcg asam folat.

Baca juga: Cegah stunting sejak dini dari calon ibu masih remaja

Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, mengatakan pihaknya menyediakan inovasi nutrisi yang dapat membantu pemenuhan zat besi serta mendukung penyerapan zat besi pada anak berusia di atas satu tahun.

“Untuk menyasar golongan remaja, kami menjalin kerja sama dengan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB) meluncurkan buku panduan Generasi Sehat Indonesia (GESID). Terdapat 3 tiga modul untuk remaja SMP dan SMA, yaitu Aku Peduli, Aku Sehat, dan Aku Bertanggungjawab," katanya.

Buku itu yang membahas mengenai kesehatan reproduksi, peran gizi bagi kesehatan dan kualitas hidup, anemia bagi remaja putri dan wanita usia subur, pencegahan pernikahan dini serta remaja berkarakter. "Program ini telah melaksanakan proyek percontohan dengan 20 guru pendamping dan 60 murid SMP dan SMA sebagai Duta GESID2020,” kata Arif.

Pihaknya juga memperluas edukasi tentang gizi dan kesehatan diwujudkan melalui berbagai program. Selama bertahun-tahun, Danone Indonesia telah mendukung empat fasilitas pendidikan yang berfokus pada kesehatan dan gizi, dan juga kegiatan lainnya.

Baca juga: Kemenkes: lima dari 10 ibu hamil anemia potensi lahirkan anak stunting
Baca juga: Remaja putri anemia berisiko lahirkan anak "stunting"

Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021