Antusiasme mereka terlihat jelas di berbagai provinsi, kabupaten dan kota

Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 mengatakan 500 ribu tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia telah menerima vaksin COVID-19, berdasarkan data Kementerian Kesehatan per Senin.

"Hari ini dikabarkan Kementerian Kesehatan, sudah lebih dari 500 ribu nakes divaksinasi COVID-19. Antusiasme mereka terlihat jelas di berbagai provinsi, kabupaten dan kota,” kata Reisa dalam telekonferensi pers dari Istana Kepresidenan Jakarta, Senin. Tenaga kesehatan merupakan sasaran prioritas penerima vaksin COVID-19.

Reisa menyebutkan jumlah penerima vaksin terus meningkat secara drastis setiap harinya. Jawa Tengah merupakan provinsi yang paling progresif berdasarkan realisasi vaksinasi.

Baca juga: Reisa : Jumlah kasus aktif COVID-19 RI dua kali kapasitas penonton GBK

“Kemudian disusul oleh beberapa kabupaten/kota di Kalimantan, dan ini dapat jadi penyemangat bagi semua nakes untuk melaksanakan vaksinasi,” ujar Reisa.

Reisa menyebutkan vaksinasi terhadap nakes merupakan insentif bagi setiap daerah karena menjadi upaya untuk melindungi sumber daya manusia berkualitas yang berperan dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

"Meski Mendagri sudah menyebutkan usulan insentif bagi daerah ini ditambah dengan adanya inisiatif reward, penghargaan berupa SKP, namun insentif terbesar bagi daerah ini adalah melindungi tenaga kerja nakes yang mereka miliki. Mereka melindungi SDM berkualitas mereka yang selama ini menjaga bahkan menaikkan indeks pembangunan di kabupaten/kota," katanya.

Baca juga: Reisa: Mekanisme manual permudah nakes ikuti vaksinasi COVID-19

Reisa mengingatkan vaksinasi COVID-19 dibagi menjadi dua tahapan. Para nakes wajib mengikuti dua tahapan penyuntikan vaksin untuk mendapatkan kekebalan terhadap virus.

"Bagi mereka yang baru menerima dosis pertama, kita harus memastikan imunitas diri kita baru muncul setelah peningkatan melalui dosis kedua. Karena itu kita wajib melakukan penyuntikan dosis kedua untuk menghasilkan kekebalan maksimal tubuh kita untuk melawan COVID-19," kata dia.

Baca juga: Dokter Reisa ajak semua pihak "serang" balik virus COVID-19

Penyuntikan vaksin tahap kedua dilakukan setelah dua pekan dari penyuntikan pertama. Jeda waktu antara penyuntikan diperlukan sebagai masa adaptasi tubuh terhadap virus tidak aktif yang disuntikkan pada tahap pertama.

“Jadi tubuh kita dikenalkan dulu dengan inactivated virus yang dimasukkan ke tubuh kita. Lalu dia akan bekerja sama membangun sistem antibodi," ujarnya.

Penyuntikan vaksin kedua merupakan upaya untuk meningkatkan kekuatan vaksin tersebut sehingga mengoptimalkan antibodi yang terbentuk dalam tubuh penerima vaksin.

Baca juga: dr Reisa bagikan tips agar tak tertipu Hoax saat pandemi COVID-19

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021