kalau memang sudah waktunya divaksin jangan ragu
Denpasar (ANTARA) - Keberadaan COVID-19 yang merajalela hampir satu tahun di wilayah Indonesia ini telah melemahkan sendi-sendi penghidupan. Berbagai inovasi dan peraturan dikeluarkan untuk mengontrol dan menekan penyebaran virus corona yang bermula dari Wuhan, China ini.

Beragam bentuk upaya atau strategi telah dilakukan pemerintah pusat hingga pemerintah daerah, bersama TNI-Polri, dan instansi terkait hingga tokoh adat untuk memulihkan kondisi Bali.


Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengungkapkan strategi yang menjadi acuan pemerintah dalam menangani COVID-19, yaitu penanganan kesehatan, perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi.

Salah satu bentuk penanganan kesehatan yaitu dengan melakukan vaksinasi COVID-19, dan Presiden Joko Widodo menargetkan hingga bulan Maret 2021 sebanyak 29,55 juta dosis vaksin COVID-19 terdistribusi ke masing-masing daerah.

Di Bali, tepat pada Selasa (5/01) sebanyak 31.000 vial vaksin jenis sinovac tiba sekitar pukul 00.40 wita dan langsung disimpan di ruang penyimpanan khusus (cold room) Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

Setelah tiba di Pulau Dewata, beberapa pihak sebagai garda terdepan siap melalui proses penyuntikkan vaksin COVID-19. Salah satunya, Gubernur Bali Wayan Koster yang menjadi orang pertama disuntik vaksin COVID-19.

"Saya harapkan masyarakat Bali dapat memahami dengan baik, dengan benar, dengan persepsi yang positif, dan tidak terpengaruh sebaran melalui media sosial, ini tolak, ini tidak setuju vaksin. Kita ikuti saja kebijakan pemerintah pusat karena pemerintah, apalagi Bapak Presiden sudah memberikan contoh," kata Koster setelah menerima vaksin pertama pada 14 Januari 2021).

Tersedianya vaksin COVID-19 ini dinilai ampuh menjadi tameng dalam menghadapi pandemi yang telah melahap seluruh aspek perekonomian di Bali. Sebagai salah satu poros pariwisata dunia, Bali menjadi provinsi yang disorot dan paling dalam terkena dampaknya. Hal ini disebabkan mayoritas masyarakat Bali bekerja di bidang pariwisata.

Pada akhir bulan Januari 2021, peningkatan kasus hingga di angka 500 kasus sempat terjadi di wilayah Bali. Namun, setelah itu grafiknya turun lagi di angka 200 untuk kasus positif COVID-19.

Berdasarkan data Satgas COVID-19 Pemerintah Provinsi Bali, per tanggal 30 Januari 2021, bahwa jumlah yang terkonfirmasi positif ada 253 orang dengan spesifikasi 243 melalui transmisi lokal dan 10 pelaku perjalanan dalam negeri. Kemudian, disusul dengan yang sembuh 298 orang dan lima orang meninggal dunia.

Sedangkan jumlah kasus kumulatif selama ini di Provinsi Bali tercatat untuk yang terkonfirmasi positif 26.066 orang, sembuh 21.799 orang dan meninggal dunia 675 orang.

Awal tahun 2021, Gubernur Bali kembali mengeluarkan Surat Edaran Nomor 02 Tahun 2021 pada tanggal 24 Januari 2021, tentang Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam Tatanan Kehidupan Era Baru di Provinsi Bali. SE ini menindaklanjuti Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 02 Tahun 2021 tentang Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Baca juga: RS Universitas Udayana tambah ruang isolasi khusus pasien COVID-19

Tak ada efek samping

Sembari menggalakkan PPKM, proses vaksinasi juga berjalan beriringan hingga sampai ke pemerintah daerah dan tokoh masyarakat desa. Beberapa daerah yang telah melakukan vaksin memberikan respon positif, apalagi tidak ada efek samping yang selama ini ditakutkan sejumlah pihak.

Menurut Dandim 1619/Tabanan Letkol Inf Toni Sri Hartanto saat vaksinasi pertama di Tabanan mengaku tidak mendapatkan efek samping selama asa observasi 30 menit setelah vaksinasi.

.

"Saya harus menunggu untuk observasi selama 30 menit. Selama itu, saya enggak merasakan efek samping yang pernah beredar, setelah disuntik ya rasanya biasa saja, tidak ada dampak dari vaksin itu," katanya.

Ia juga meminta masyarakat tidak terpengaruh hoaks yang menyebut potensi efek samping vaksin karena vaksin sinovac telah melalui uji klinis dan sudah ada persetujuan BPOM.

Respon positif juga muncul dari Dandim 1626/Bangli Bali Letkol Inf I Gde Putu Suwardana yang mengatakan bahwa vaksin ini aman dan layak bagi masyarakat. "Dengan kita duluan divaksin maka bisa mengurangi keraguan masyarakat," tegasnya yang mengaku tidak mendapat efek samping usai divaksin.

Kedua petinggi TNI itu meminta warga Bali tidak ragu untuk divaksin, dan optimis semakin banyak yang mengungkap tidak adanya efek samping, maka semakin menghapus keraguan masyarakat.

Tidak hanya menyentuh ranah TNI, Polri pun juga menjadi sasaran penerima vaksin COVID-19. Bagi Kapolresta Denpasar Jansen Avitus Panjaitan mengatakan bahwa vaksin baik dan aman bagi kita semua.

Setelah dua kali melewati proses vaksin COVID-19, Kapolresta Denpasar meyakinkan bahwa vaksin ini bukan hal yang berbahaya yang perlu dikhawatirkan.

"Saya sudah melalui dua kali vaksin COVID-19, rasanya biasa saja hanya semakin lapar, ya karena belum makan. Yang pasti tidak ada masalah, vaksin itu sangat aman," katanya.

Ia menegaskan agar masyarakat percaya dengan pemerintah bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan terkait vaksin. Kata dia, selama dua kali divaksin, hingga saat ini tidak efek samping yang signifikan dirasakan.

"Jadi masyarakat tidak perlu khawatir kalau memang sudah waktunya divaksin jangan ragu, karena ini untuk kesehatan masing-masing dan juga orang lain," katanya.

Baca juga: Bali mulai distribusikan vaksin Sinovac ke kabupaten/kota

Tenaga kesehatan

Sebagai garda terdepan, seorang perawat RSUP Sanglah tetap meyakinkan rekan sesama tenaga kesehatan dan masyarakat bahwa vaksin aman dan pas untuk dibagikan.

"Tidak ada perasaan ragu saat divaksin COVID-19, sudah dipastikan oleh pemerintah dan sudah ada penelitan yang menyatakan vaksin itu sudah bagus dan pas," kata perawat RSUP Sanglah Ns. I Made Sutarja.

Ia mengatakan hal senada bahwa tidak ada efek samping yang dirasakan. Begitu juga sebelum divaksin, tidak ada keraguan yang muncul sebelum melalui proses vaksin.

"Rasanya biasa saja, tidak merasakan efek samping apa-apa, begitu juga sampai setelah beberapa hari tidak merasakan efek samping," ucapnya.

Ia berpesan kepada seluruh nakes maupun masyarakat untuk tidak ragu divaksin, jangan mudah mempercayai hoaks dan mencari sumber informasi yang kredibel. "Jangan ragu divaksin, karena saya sudah membuktikan saya sudah divaksin dan tidak mengalami efek samping apa-apa," ucapnya.

Hal senada juga disampaikan Kepala Sub Bagian Humas RSUP Sanglah Dewa Ketut Kresna bahwa vaksin aman bagi penerimanya.

Selama setengah bulan proses vaksinasi di seluruh Indonesia telah memberikan optimisme bahwa vaksin sinovac tidak signifikan memberikan efek yang merugikan, namun memang harus ditindaklanjuti dengan pengukuran kuantitatif seberapa besar angka antibodi yang tumbuh pada orang yang telah divaksin sinovac.
Dewa Ketut Kresna mengatakan, ketakutan atas sesuatu yang baru adalah manusiawi, namun hingga saat ini tidak ada efek samping yang signifikan terjadi sehingga ketakutan masyarakat tidak beralasan lagi.

Untuk proses lebih lanjut menurut dia, setiap penerima diberikan kartu sebagai sertifikat bahwa sudah divaksin. bila penerima vaksin mengalami gejala selama 14 hari, maka disarankan langsung menghubungi kontak dokter yang tertera tersebut. Dewa Kresna mengajak siapapun untuk mengikuti vaksin dan jangan menolak, demi kebaikan kita dan orang lain.

Namun ia mengingatkan, bahwa mereka yang sudah divaksin tidak berarti boleh mengabaikan protokol kesehatan karena aturan 3 M seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak tetap harus dipatuhi agar benar-benar virus tidak lagi mempunyai kesempatan menularkan pada manusia.

Baca juga: Bali targetkan proses vaksinasi COVID-19 rampung dalam sebulan

Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021