Dulu bidang usaha hanya dilakukan oleh laki-laki, sekarang banyak perempuan yang terjun ke dunia bisnis dan berhasil berada di tampuk pimpinan tertinggi.

Jakarta (ANTARA) - Sebuah riset pada akhir 2020 mendapatkan fakta yang mengejutkan bahwa selama pandemi lebih banyak perusahaan-perusahaan besar di dunia memilih untuk mempekerjakan CEO pria ketimbang wanita.

Tercatat hanya 5 persen jabatan posisi tertinggi perusahaan besar global yang dipegang oleh perempuan. Irlandia memiliki persentase CEO perempuan tertinggi (15 persen) dan Brasil terendah (0 persen).

Fenomena ini diteliti oleh firma eksekutif Heidrick & Struggles yang dipublikasikan melalui World Economic Forum (WEF).

Perusahaan yang berbasis di AS ini menganalisis latar belakang 965 CEO yang memimpin 20 perusahaan terbesar di seluruh dunia dari sisi penguasaan mereka termasuk keterampilan dan pengalaman yang mengantarkan mereka menuju pucuk pimpinan tertinggi.

Dalam laporan bertajuk, Route to the Top 2020, itu dibandingkan mengenai penunjukkan CEO yang dilakukan setelah 11 Maret 2020 (ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan COVID-19 sebagai pandemi global) dengan yang ditunjuk dari Januari 2019 hingga 10 Maret 2020.

COVID-19 telah mendorong lebih banyak perusahaan mengalihkan fokus mereka ke arah yang lebih oportunistik yakni menunjuk CEO dengan rekam jejak yang terbukti dengan pengalaman sebelumnya, fakti ini menjadi sebuah kenyataan yang menguntungkan bagi laki-laki.

Penunjukan CEO perempuan menurun dari 12 persen pada kelompok yang ditunjuk setelah Oktober 2019 menjadi hanya 6 persen setelah pengumuman pandemi. Irlandia memiliki persentase CEO perempuan tertinggi (15 persen), dan Brasil memiliki persentase terendah (0 persen).

“Perusahaan-perusahaan itu memerlukan sebuah kepastian di tengah ketidakpastian global sehingga rekam jejak sangat penting bagi mereka demi kelangsungan bisnis perusahaan sampai semuanya kembali normal,” kata Jeff Sanders, Vice Chairman Heidrick & Struggles.

Fakta ini seakan menjadi bukti terbaru yang menunjukkan dampak pandemi yang tidak setara bagi perempuan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan telah memperingatkan sejak September 2020 bahwa COVID-19 akan mendorong 47 juta lebih banyak wanita dan anak perempuan jatuh di bawah garis kemiskinan, menjadikan perjuangan pemberantasan kemiskinan pada perempuan selama beberapa dekade terakhir menjadi tampak sia-sia.

“Kami tahu bahwa perempuan memegang sebagian besar tanggung jawab untuk mengurus keluarga; mereka berpenghasilan lebih sedikit, menabung lebih sedikit, dan memiliki pekerjaan yang jauh lebih tidak aman, dan faktanya, secara keseluruhan, pekerjaan perempuan 19 persen lebih berisiko daripada pria,” kata Women Executive Director PBB Phumzile Mlambo-Ngcuka.

Baca juga: Erick Thohir dorong lebih banyak perempuan menjadi bos BUMN
Baca juga: Pegiat: emansipasi sudah banyak perubahan berkat dukungan pemerintah

Stigma Perempuan
Entah disadari atau tidak, di Indonesia dampak pandemi pun dirasakan berat bagi sebagian besar perempuan pekerja.

Faktanya ada kalanya peran perempuan di dunia kerja seringkali disepelekan, kesenjangan gender pun masih sering terjadi di dunia kerja.

Banyak yang berpendapat bahwa sebaiknya perempuan tidak bekerja, karena dianggap bahwa laki-laki yang sepatutnya bekerja di luar rumah sebagai tulang punggung keluarga.

Perempuan masih terjebak dalam stigma “kelas dua” dibandingkan dengan laki-laki dalam dunia kerja.

Meskipun seiring berkembangnya zaman, gelombang emansipasi perempuan semakin berhasil mendobrak anggapan tersebut sebagai pendapat yang keliru.

Peranan perempuan saat ini bukan hanya mengurus rumah, tapi perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama untuk bekerja dan memilih bidang profesi sesuai yang diinginkan.

Bukan hanya bekerja, bahkan saat ini tidak jarang ditemui perempuan yang aktif di berbagai bidang usaha.

Dulu bidang usaha hanya dilakukan oleh laki-laki, sekarang banyak perempuan yang terjun ke dunia bisnis dan berhasil berada di tampuk pimpinan tertinggi.

Bidang usaha yang digeluti pun tidak terbatas pada bidang yang sifatnya feminin, para perempuan hebat ini bahkan sukses berkecimpang dalam bidang usaha yang selama ini identik dengan kaum adam.
Baca juga: Menteri Tito: Saya ingin Mendagri dari wanita


Lima Inspirasi
Pemimpin perempuan khususnya di Indonesia sebenarnya tergolong masih belum terlampau banyak. Untuk posisi kementerian saja masih bisa dihitung dengan jari yang menduduki jabatan tertinggi sebagai menteri.

Sementara di sektor swasta pun serupa, namun setidaknya ada lima perempuan di tanah air yang inspiratif dan mampu menjadi nakhoda bagi perusahaan besar dengan bidang yang umumnya digeluti para pria.

Misalnya saja, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang bergelar lengkap Dr. (H.C.) Susi Pudjiastuti. Perempuan yang lahir di Pangandaran, 15 Januari 1965 ini, bergerak di bidang kelautan dan industri penerbangan.

Susi adalah Pemilik dan Presdir PT ASI Pudjiastuti Marine Product, eksportir hasil-hasil perikanan dan PT ASI Pudjiastuti Aviation atau penerbangan Susi Air dari Jawa Barat.

Pada 2008, dia mengembangkan bisnis aviasinya dengan membuka sekolah pilot Susi Flying School melalui PT ASI Pudjiastuti Flying School.

Ada pula Maya Miranda Ambarsari. Perempuan yang lahir di Palembang, 9 Juli 1973, merupakan seorang sociopreuneur yang menggeluti bidang usaha yang selama ini identik dengan dunia pria.

Maya adalah Pemilik dan President Director PT BATAMEC Shipyard (galangan kapal). Meski selama ini bisnis galangan kapal lebih didominasi kaum adam, tetapi tidak menjadi halangan bagi Maya untuk menggelutinya.

Tak hanya Batamec, wanita lulusan Swinburne University of Technology, Melbourne, Australia ini juga co-founder dan shareholder di perusahaan pertambangan emas PT Merdeka Copper and Gold Tbk, pemilik Ellioti Residence, yaitu guest house exclusif dan elegan yang terletak di lokasi strategis di kawasan Pondok Indah, Cipete, dan Cisarua.

Inspirasi selanjutnya adalah Noni Purnomo yang bernama lengkap Noni Sri Ayati Purnomo, B.Eng., MBA, lahir pada 20 Juni 1969, menggeluti bidang transportasi.

Noni adalah Direktur Utama PT Blue Bird, Tbk. Noni juga menjabat sebagai Dewan Komisaris dan Direksi beberapa anak perusahaan, di antaranya yaitu sebagai Komisaris Utama PT Pusaka Nuri Utama, PT Pusaka Bumi Transport. Direktur Utama PT Morante Jaya, PT Pusaka Satria Utama, dan PT Pusaka Bumi Mutiara.

Kemudian Dian Siswarini yang lahir di Majalengka 5 Mei 1968, menggeluti bidang telekomunikasi.

Dian adalah Presiden Direktur PT XL Axiata Tbk, Dian Siswarini merupakan perempuan pertama yang memimpin perusahaan telekomunikasi yang sudah terbuka untuk publik atau sudah melantai di bursa, Dian juga berhasil meraih Golden Globe Tigers Award for Women Leadership, juga masuk dalam daftar Forbes Asia's Power Businesswomen.

Selanjutnya ada Teresa Wibowo bergerak di bidang e-commerce. Teresa merupakan pimpinan Ruparupa.com, yang merupakan saluran omni e-commerce terbesar di Indonesia, melibatkan lebih dari 300 toko Kawan Lama Retail yang tersebar di 41 kota di Indonesia dengan lebih dari 60 ribu jenis produk.

Perusahaan e-commerce milik Grup Kawan Lama tersebut berfokus pada bisnis retail dan membawahi sejumlah anak perusahaan antara lain Ace Hardware, Informa Furnishings, dan Toys Kingdom.

Beberapa perempuan hebat yang terjun ke dalam dunia usaha dan berhasil menjadi pemimpin (CEO) di perusahaannya itu seakan ingin mematahkan stigma perempuan yang lemah dan tidak becus.

Perempuan di tengah pandemi pun nyatanya tetap sanggup untuk menjadi mesin penggerak kebangkitan ekonomi bangsa.
Baca juga: Tak ada "karpet merah" agar perempuan menjadi bos BUMN

Copyright © ANTARA 2021