Manado (ANTARA) - Perum Bulog Divre Sulaweai Utara dan Gorontalo (Sulutgo) mampu menyerap beras petani lokal di tahun 2020 sebanyak 3.449 ton.
"Serapan beras sebesar 3.449 ton ini melampui target yang ditetapkan tahun 2020 sebesar 3.000 ton," kata Kepala Perum Bulog Divre Sulutgo Eko Hari Kuncahyo, di Manado, Jumat.
Penyerapan beras lokal ini sebagian besar di Kabupaten Bolaang Mongondow, sebagian Kabupaten Minahasa, Minahasa Tenggara dan juga ada dari Gorontalo
"Bulog akan berupaya menyerap semua beras yang akan dijual petani ke Bulog. Berapapun akan kami beli," kata Eko.
Adapun harga beli gabah sesuai Inpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, disebutkan untuk harga pembelian Gabah Kering Panen (GKP) dalam negeri dengan kadar air maksimum 25 persen dan kadar hampa maksimum 10 persen adalah Rp3.700 per kg di petani, atau Rp3.750 per kg di penggilingan.
Namun, pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan untuk menambah Harga Pokok Pemerintah (HPP) sebesar 10 persen untuk masing-masing kondisi gabah.
Dengan demikian, HPP GKP saat ini menjadi Rp 4.070 per kg, HPP GKG menjadi Rp 5.115 per kg dan beras Rp 8.030 per kg.
Dia mengatakan harga jual petani beras di Sulutgo lebih tinggi dari HPP.
Bulog tidak bisa memaksa petani menjual beras ke Bulog, karena harga jual di pasaran masih lebih tinggi dibandingkan HPP.
Eko mengatakan sedangkan HPP pemerintah hanya sebesar Rp7.300 per kilogram. Jadi, petani dan pengusaha di penggilingan masih enggan menjual beras ke Bulog.
"Beras produksi petani di Sulut dan Gorontalo yakni jenis premium sehingga lebih mahal," jelasnya.
Baca juga: Bulog siap salurkan cadangan beras untuk banjir Sulut
Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021