Jakarta (ANTARA) - Ketua Bidang Advokasi Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS), Yuli Supriati mengatakan solusi dalam mengatasi persoalan stunting adalah perlunya penguatan keluarga.
“Yang harus dipastikan sekarang adalah bagaimana program-program penguatan keluarga itu berhasil, memastikan remaja tidak kekurangan zat besi, memastikan calon ibu paham 1.000 hari pertama kelahiran dan menjamin calon ibu dan anak ketika lahir nanti mendapat asupan gizi yang cukup,” ujar Yuli dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.
Program-program penguatan keluarga yang digagas pemerintah sudah banyak. Namun, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana implementasinya ke masyarakat.
Baca juga: Kepala BKKBN ungkap penyebab stunting di Indonesia
Baca juga: Mencegah bayi stunting dari calon ibu
“Salah satu contoh pemberian biskuit stunting, apakah ini tepat sasaran? Apakah memang dikonsumsi oleh anak yang bersangkutan? Belum lagi proses distribusi yang butuh waktu lebih lama untuk sampai ke daerah. Karena itu, harapan kami, pengentasan stunting jangan dilihat sebagai program di atas kertas saja, tapi seberapa tepat untuk masyarakat,” kata Yuli.
Selain itu, dari hasil temuan KOPMAS saat melakukan tinjauan lapangan, persoalan umum yang ditemui adalah kurangnya pemahaman orang tua mengenai asupan gizi untuk anak.
“Apa yang sering kami temui, bahkan di kota-kota besar seperti Jabodetabek, orang tua beranggapan anak sudah makan dan kenyang, masalah selesai. Anak sudah minum susu, walaupun yang diminum anak adalah kental manis, dianggap gizi anak sudah cukup. Ini yang bahaya,” jelas Yuli.
Baca juga: Menko PMK: Angka "stunting" diperkirakan naik karena pandemi COVID-19
Oleh karena itu, sejalan dengan komitmen KOPMAS menjadi mitra pemerintah dalam pengawasan kesehatan masyarakat, berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan bagaimana implementasi setiap kebijakan tersebut hingga di masyarakat. Posyandu dan Puskesmas sebagai layanan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat harus digerakkan dengan lebih optimal.
Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021