Makassar (ANTARA) - Bauran EBT (energi baru terbarukan) sangat melimpah di Sulawesi Bagian Selatan dan dipastikan siap untuk memanjakan para investor lewat energi ramah lingkungan untuk pengembangan usaha di Provinsi Sulawesi Selatan.

PT PLN (Persero) mencatat bauran EBT di Sistem Sulawesi Bagian Selatan pada 25 Januari 2021 sebesar 595 MW. Maka dengan kapasitas yang begitu besar tersebut, bauran EBT terhadap kelistrikan di Sulawesi Selatan mencapai 42,8 persen dari total beban puncak 1.391 MW di wilayah ini.

Itu tidak lepas dari dukungan dua Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang ada di Sulsel, yakni PLTB Tolo di Kabupaten Jeneponto dan PLTB Sidrap di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) ditambah pula PLTA Bakaru dengan potensi yang sangat besar.

Senior Manager SDM dan Umum PLN Unit Induk Wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UIW Sulselrabar), Mundhakir mengatakan, semua pihak harus bangga karena bauran EBT di sistem Sulawesi sudah mencapai 43 persen.

Ini menjadi daya tarik yang luar biasa bagi industrialisasi di wilayah itu ke depan.

Secara umum kondisi kelistrikan di Sulselrabar selama tahun 2020, PLN Sulselrabar memiliki daya mampu sebesar 2.267 MW sedangkan kebutuhan listrik masyarakat rata-rata saat beban puncak sebesar 1.188 MW, sehingga terjadi surplus daya sebesar 669 MW.

Dengan surplus yang begitu besar, daya mampu PLN terhadap industrialisasi masih sangat bisa memenuhi kapasitas yang diinginkan. Misalnya pada sebuah smelter dengan kebutuhan 70-80 MW, maka dipastikan sekitar 10 smelter pun masih memungkinkan untuk dibangun di Sulawesi Selatan.

Berdasarkan pada bauran EBT sebesar 42,8 persen, PLN Sulselrabar juga siap mendorong penggunaan EBT kepada industri dan investor, termasuk jika mensyaratkan penggunanaan EBT secara utuh untuk mengembangkan usahanya di Sulawesi Selatan.

Maka dari itu, investor tidak lagi perlu khawatir mengenai pasokan listrik di Sulsel, karena di antara seluruh sistem yang ada, PLN merilis sistem kelistrikan paling aman di Indonesia terhadap ketersediaan energi terbarukan yakni di Sulawesi Bagian Selatan.

Sebagai pemasok listrik terbesar di Indonesia, PLN memastikan mampu memberikan jaminan kepada investor terkait energi yang sangat cukup dan melimpah. Sedangkan daya tarik lainnya yakni sudah menggunakan energi baru terbarukan untuk jangka panjang di era globalisasi saat ini.

Kemajuan yang terjadi di Sulsel melalui investasi atau pengembangan usaha para investor juga dipastikan bukan hanya akan berdampak pada peningkatan perekonomian di daerah ini, namun diyakini tentu berpengaruh kepada seluruh wilayah Indonesia Timur.

Oleh karena itu, PLN komitmen memberikan layanan terbaik terutama industrialisasi dan berusaha mendorong serta mengajak pelaku industri sama-sama mengembangkan iklim usaha kawasan Timur Indonesia agar lebih maju.

Kemajuan di Sulawesi Selatan bukan hanya untuk Sulsel tetapi juga ke Sulawesi Tenggara Utara bahkan Maluku Papua akan terdampak ketika Sulawesi Selatan itu tumbuh dan berkembang.

Lampaui target nasional

Indonesia menargetkan konsumsi EBT bisa mencapai 23 persen pada tahun 2025 di setiap daerah, namun Sulawesi dengan kekayaan energi yang dimiliki tercatat telah mencapai target tersebut.

Capaian ini merupakan sebuah kebanggaan bagi masyarakat Sulawesi, khususnya Sulsel yang memiliki megah proyek pembangkit listrik tenaga bayu.

"Kita didorong agar porsi energi terbarukan meningkat terus dan kita akan mengurangi potensi dari batubara, gas apalagi minyak," kata Senior Manager Operasi Sistem Unit Induk Pembangkitan dan Penyaluran (UIKL) PLN, Nurdin Pabi.

Sementara Bagian Selatan Sulawesi yang telah terintegrasi dalam satu sistem koneksi kelistrikan, menghubungkan empat provinsi yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara menghasilkan daya mampu sangat besar, mencapai 2.100 MW dengan beban puncak hanya 1.411,02 MW.

Sehingga PLN UIKL Sulawesi mencatat cadangan listrik yang tersedia sangat tinggi yaitu sebesar 33,03 persen.

Sesuai target pemerintah secara nasional, berdasarkan rencana kerja PLN pada tahun 2025 akan menambah jumlah kapasitas energi terbarukan sebesar 6.251 MW terhadap total kapasitas yang akan dibangun.

Kehadiran PLTB Sidrap sebagai pembangkit listrik tenaga angin pertama di Indonesia dengan 30 turbin kincirnya turut memberi sumbangsih besar terhadap bauran energi terbarukan di Sulawesi Selatan.

PT UPC Sidrap Bayu Energi yang merupakan perusahaan SPV bentukan konsorsium UPC Renewables sebagai pengemban PLTB Sidrap telah memproduksi listrik dengan total 554.689 GW sejak beroperasi pada Agustus 2018 hingga 11 Agustus 2020.

Tahun 2019 itu bahkan terjadi surplus yang hanya menargetkan produksi listrik sebanyak 240.000 GW sedangkan capaiannya hingga 250.002 GW.

Pada rinciannya, produksi listrik PLTB Sidrap di tiga tahun ini yaitu tahun 2018 menghasilkan 187.981 GW, tahun 2019 sebanyak 250,002 GW dan tahun 2020 hingga 11 Agustus 2020 telah diproduksi 116.706 GW dari target produksi 231.141 GW.

Berdasarkan produksi listrik yang dihasilkan tahun 2020, tampak tren produksi listrik mengalami sedikit penurunan sehingga target yang ditetapkan juga menurun yakni 231.141 GW.

Karena soal angin itu bukan kita yang pastikan, ksekarang sudah di angka 116 GW dan target kita 231 GW, jadi tersisa 115 GW lagi untuk mencapai target produksi listrik PLTB Sidrap tahun 2020.

Mengenai pemenuhan listrik di Sulsel, PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Sulawesi Selatan mencatat rasio elektrifikasi mencapai 99,99 persen termasuk untuk listrik yang disediakan oleh non PLN, sementara rasio elektrifikasi khusus pada listrik yang disediakan PLN mencapai 97,6 persen.

Kemudahan investasi di Sulsel

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan saat ini membuka peluang dan kemudahan bagi para investor untuk berinvestasi di Sulsel dengan melakukan berbagai upaya untuk memberikan jaminan berinvestasi yang ramah bagi pelaku usaha.

Hal ini telah diwujudkan melalui penandatanganan MoU atau nota kesepahaman antara Dinas Penanaman Modal dan Pelayan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) 24 kabupaten/kota.

MoU ini akan mempermudah investor dalam berinvestasi di daerah, sebab urusan birokrasi tidak lagi berada di tingkat provinsi tetapi kini bisa diselesaikan di tingkat kabupaten.

Kepala DPMPTSP Sulsel Jayadi Nas menilai terdapat kesulitan dalam berinvestasi pada sebuah daerah yang menjadi bagian dalam mengantisipasi apa yang terkandung dalam UU Cipta Kerja, yakni memudahkan investor dalam melakukan investasi di Indonesia hingga ke daerah.

Sebagai upaya antisipasi, salah satunya dengan menggelar bimbingan teknis untuk mengelola gerai pelayanan kepada masyarakat agar
mendapat pelayanan cepat dan bersih serta mudah dijangkau.

Pada 2017, DPMPTSP Provinsi Sulawesi Selatan mencatat realisasi investasi Sulsel per triwulan III telah mencapai Rp8,6 triliun atau melebihi target 2020 sebesar Rp7 triliun.

Sulsel menargetkan peningkatan investasi sektor penanaman modal dalam negeri (PMDN), sekaligus mengupayakan agar penanaman modal asing (PMA) tetap akan diupayakan agar mengalami peningkatan.

Tahun 2020, investasi di Sulsel didominasi PMDN. Sehingga tahun ini, kita fokuskan untuk meningkatkan lagi PMDN. Tapi kita juga terus berupaya agar PMA tetap ada di Sulsel tahun 2021.

Sebelumnya, Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah optimistis dengan investasi di Sulsel akan tetap tumbuh pada tahun ini. Tentunya, dengan cara memberikan kepastian kepada investor untuk melakukan investasi di Sulsel.

Kepastian ini sangat penting dilakukan agar para investor yang ingin berinvestasi merasa nyaman dan tidak kendala dalam melakukan investasi di Sulsel.

Selain kepastian, Pemprov juga memberikan insentif kepada investor yang akan berinvestasi di Sulsel. Insentif yang dimaksud yakni pengurangan pajak kepada investor, juga mempermudah menjangkau lahan.

Melalui kemudahan ini, diharapkan berbagai investor bisa masuk ke Sulawesi Selatan, ikut dalam iklim usaha untuk meningkatkan Sulsel sebagai hap Timur Indonesia dan dipastikan akan berdampak pula pada kemajuan berbagai provinsi di wilayah ini.

Dengan segala potensi yang tersedia di Sulsel, khususnya pada persediaan energi listrik, PLN siap menopang segala kebutuhan industrialisasi
yang tidak lagi perlu dikhawatirkan keberlangsungannya, karena adanya energi baru terbarukan yang sangat melimpah.
Baca juga: Ekonom minta pemerintah berikan insentif sektor EBT agar berkembang
Baca juga: Menteri LHK harap pemanfaatan EBT meningkat hingga 50 persen di 2050

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021