Jakarta (ANTARA) - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) melalui Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir (PTBGN) menggandeng PT Rekayasa Industri (PT Rekind) untuk menyusun studi kelayakan pengolahan mineral radioaktif untuk industri berbasis logam tanah jarang (LTJ).
"Sebetulnya 'concern' BATAN pada proses pemisahan mineral radioaktif dari pasir monasit, namun dari proses pemisahan tersebut dihasilkan juga LTJ sebagai komoditas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi," kata Deputi Teknologi Energi Nuklir Batan Suryantoro dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, di Jakarta, Jumat.
Kerja sama tersebut dilatarbelakangi oleh keinginan bersama dalam mewujudkan pengelolaan LTJ di Indonesia yang sampai saat ini belum dilakukan secara komersial, meskipun proses penelitian dan penguasaan teknologinya telah lama dilakukan oleh Batan.
Baca juga: Rekind-Batan rancang teknologi pengolahan logam tanah jarang
Kesepakatan itu ditandai dengan penandatanganan naskah kerja sama kedua belah pihak di Kawasan Nuklir Pasar Jumat, Jakarta Selatan, Kamis (28/1).
Dalam rangka menunjang penguasaan teknologi tersebut, Batan telah membangun prototipe fasilitas pemisahan uranium, torium, dan logam tanah jarang yang diberi nama PLUTHO yang berada di Kawasan Nuklir Pasar Jumat.
Suryantoro menuturkan fasilitas laboratorium PLUTHO yang diresmikan penggunaannya sejak 2017 difungsikan untuk memisahkan uranium dan torium dari pasir monasit.
Di Indonesia, keberadaan LTJ mudah ditemukan terutama di daerah-daerah yang mempunyai tambang timah seperti di Kepulauan Bangka Belitung.
Batan bersama konsorsium pengelolaan LTJ telah mengembangkan teknologi pemisahan mineral radioaktif dari pasir monasit, juga memisahkan LTJ menjadi unsur-unsur material dapat dimanfaatkan oleh dunia industri.
Suryantoro berharap upaya pemanfaatan LTJ di Indonesia tidak hanya berhenti pada skala penelitian saja, namun harus dapat termanfaatkan bagi masyarakat luas.
"Semoga pengelolaan LTJ di Indonesia tidak berhenti sebatas penelitian dan pengembangan, namun harus sampai hilir bahkan kalau bisa menjadi industri LTJ Merah Putih di Indonesia, untuk itulah dibutuhkan kerja keras dan kerja sama antar stakeholder termasuk PT Rekind dan lembaga atau kementerian, serta badan usaha lainnya,” tuturnya.
Direktur Pengembangan Usaha PT Rekind Achmad Muchtasyar mengatakan sebagai perusahaan jasa yang bergerak di bidang rancang bangun industri atau engineering, procurement, construction dan commisioning (EPCC), PT Rekind berupaya mendukung masa depan pengelolaan LTJ di Indonesia.
Baca juga: Batan: Pembangunan PLTN Kalbar butuh peran pemda dan masyarakat
"PT Rekind dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM) dan kepeduliannya untuk ikut terlibat di dalam investasi masa depan yang menguntungkan terutama bagi kelangsungan perusahaan. Salah satunya adalah LTJ ini, kami melihat bahwa ada potensi yang bagus bahkan mempunyai pengaruh yang kuat tehadap perkembangan industri di masa yang akan datang," ujar Muchtasyar.
Muchtasyar menuturkan selama tiga tahun ke depan, Batan dan PT Rekind secara bersama membuat rancangan studi perekayasaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan LTJ yang semula hanya prototipe menjadi skala komersial.
Muchtasyar berharap kerja sama tersebut dapat terlaksana dengan baik dan lancar hingga tujuan akhir yakni pengelolaan LTJ skala industri dengan dukungan penuh dari semua pemangku kepentingan.
"Batan sebagai center of excelent teknologi nuklir dan PT Rekind sebagai pihak industri dan juga dengan badan usaha lain secara bersama dapat mengembangkan pengelolaan LTJ di Indonesia hingga skala komersial,” tuturnya.
Kepala Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir (PTBGN) Batan Yarianto mengatakan pihaknya bersama PT Rekind mempunyai misi yang sama dalam menjalin kerja sama tersebut yakni menjadikan pengelolaan LTJ di Indonesia menuju skala industri.
Selama ini beberapa unit kerja di Batab seperti PTBGN, Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA), Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM), dan Pusat Teknolgi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) secara intensif telah melakukan riset terkait pemanfaatan LTJ.
Baca juga: Batan bersiap kerja sama dengan pemda-BUMN bangun iradiator gamma
PTBGN dengan fasilitas PLUTHO yang dimilikinya, mampu memisahkan mineral radioaktif dan LTJ hidroksida dari pasir monasit yang kemudian dilanjutkan dengan proses pemisahan LTJ hidroksida menjadi beberapa unsur LTJ yang bermanfaat bagi industri.
Untuk melakukan kegiatan scale-up dari prototipe menjadi skala industri memerlukan kompetensi di bidang desain.
"Melalui kerja sama ini, Batan dan PT Rekind akan membuat studi kelayakan baik secara keekonomian, pemetaan pemangku kepentingan, pengguna potensial, dan pemilihan teknologinya," kata Yarianto.
Menurut Yarianto, masa pandemi COVID-19 menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan kerja sama dalam waktu dekat.
Untuk itu, agar pelaksanaan kerja sama ini dapat berjalan lancar, PTBGN menyiapkan prasarana berupa ruang khusus untuk melakukan kegiatan bersama, tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
"Target kerja sama ini selama tiga tahun, namun bila dapat dipercepat akan dilakukan percepatan. Dalam waktu dekat Batan dan PT Rekind akan menyusun kerangka kerja dan penganggaran secara detail," ujarnya.
Baca juga: BATAN ingin hasilkan lima radioisotop dan radiofarmaka hingga 2024
Baca juga: Kedelai Batan lebih tinggi protein-rendah lemak daripada kedelai impor
Baca juga: BATAN hasilkan dua varietas kedelai baru super genjah
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021