Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang cukup besar bagi industri hiburan di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Sejak diumumkannya kasus positif pertama di Indonesia pada Maret 2020, banyak penyesuaian yang harus dijalani demi menghadapi pandemi.
Menilik ke belakang, salah satu kebijakan pertama yang dijalankan pemerintah dan masyarakat adalah pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB diterapkan pertama kali pada 10 April 2020, selang sebulan sejak dua kasus COVID-19 pertama ditemukan awal Maret.
Baca juga: Prediksi tren wisata 2021, "staycation" hingga "roadtrip"
Kebijakan tersebut tak dipungkiri cukup membuat kaget berbagai sektor perekonomian Indonesia, tak terkecuali industri hiburan. Sejumlah konser, peluncuran film, pertunjukan terpaksa ditunda untuk mengurangi pengumpulan massa yang bisa berdampak pada perluasan virus COVID-19.
Sepuluh bulan sejak itu, berbagai upaya mulai dilakukan demi menjaga, mempertahankan, dan memutar roda perekonomian di berbagai sektor. Meski memang berat, pandemi memaksa pelaku usaha, pemerintah dan masyarakat untuk membuat inovasi dan alternatif hiburan baru yang bisa dinikmati di masa yang penuh ketidakpastian ini.
Sebut saja menjamurnya layanan streaming film, hadirnya pilihan bioskop drive-in, hingga konser yang akhirnya beralih digelar secara daring. Hal ini menunjukkan adanya penyesuaian dan pergeseran tren, yang tentu saja diharapkan menjadi angin segar bagi sektor hiburan.
Perusahaan teknologi manajemen event, LOKET, mengatakan perubahan tren ini memungkinkan teknologi dan hiburan dapat berjalan beriringan dan maksimal.
"Industri ini tidak collapse, dan kita harus terus inovating dan bekerja sama. Mulai dari event creator hingga enabler, harus bisa menjawab tantangan ini, untuk bertahan dan bounce via online event," kata VP LOKET M Ario Adimas kepada ANTARA beberapa waktu lalu.
Baca juga: Sederet festival film yang hadir secara "hybrid" di tahun 2020
"Bagi fans, apresiasi langsung ke idola sekarang bukan hal yang baru. Untuk pelaku industrinya juga berubah dari yang tatap muka dan skalanya besar, dengan teknologi bisa dipecah beberapa kali dan jangkauannya lebih luas hingga luar negeri," imbuh pria yang akrab disapa Dimas itu.
Prediksi tren hiburan 2021
LOKET juga membagikan prediksinya terkait tren hiburan di Tanah Air pada tahun ini. Menurut Dimas, event daring masih akan terus dominan di kala pandemi, bahkan jika pandemi bisa terkendali dan berakhir.
Dimas menambahkan, pun jika event bisa dilakukan secara luring, tak akan bisa langsung berjalan seperti layaknya sebelum pandemi. Pendekatan yang kemungkinan besar dilakukan oleh penyelenggara acara adalah pengadaan event secara hibrida (hybrid).
"Nanti (event luring) akan banyak pembatasan kuota, peraturan. Untuk mengimbangi itu, akan ada hybrid events. Jadi masyarakat bisa menikmati langsung maupun di jarak jauh (daring) dalam waktu yang sama," kata Dimas.
Lebih lanjut, peluang event hibrida sangat besar untuk berkembang dan menjadi lumrah di Indonesia. Untuk mendukung hal tersebut, dibutuhkan kesiapan dari sisi pelaku termasuk penyedia teknologinya.
Meski terdengar cukup menggelitik, pelaku dan masyarakat pun perlu beradaptasi lagi dengan penyelenggaraan event offline; mengingat adanya penyesuaian di masa pandemi seperti adanya protokol kesehatan.
"Event hybrid adalah first start-nya (sebelum memulai lagi event daring)," kata Dimas.
Selain acara hibrida, industri hiburan diprediksi akan lebih berwarna dengan kehadiran para kreator event baru dan muda. Dengan kemudahan teknologi dan adanya konten yang bisa dibagi, mereka bisa menjadi kreator yang diharapkan juga bisa berkontribusi untuk menggerakkan ekonomi nasional.
Baca juga: Sandiaga kunjungi studio di Batam yang layani produksi film Hollywood
Kolaborasi dan optimisme
Tentu, pelaku tak bisa bekerja sendirian untuk mendorong kembali industri hiburan. Peran pemerintah tidak bisa dilepaskan.
"Kita melihat kesuksesan industri ke depan bukan hanya dari enabler dan pembuat event, tapi juga dukungan pemerintah. Sudah ada komuniakasi ke Kemenparekraf, pemerintah daerah, karena dari menteri juga memfokuskan lima destinasi prioritas," kata Head of LOKET Bagus Utama.
"Untuk itu, ada persiapan yang bisa kita lakukan. Misalnya kehadiran teknologi yang sangat mendukung gimana industri ini ke depannya. Dukungan tekno bs akselerasi industri ini lebih cepat recovery-nya," imbuhnya.
Sebelumnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), melalui Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events), Rizki Handayani, mengatakan bahwa pihaknya telah bekerja sama promotor acara, asosiasi, hingga pegiat seni untuk bersama-sama bangkit.
Lebih lanjut, Rizki mengungkapkan bahwa di kuartal keempat tahun lalu, geliat acara (event) seni musik dan pertunjukan sudah mulai terlihat.
Banyak penyelenggara dan promotor yang sudah tidak sabar untuk segera kembali meramaikan dunia hiburan. Ia mengatakan, pihaknya siap untuk mendukung.
"Kuartal keempat ini udah banyak teman-teman yang sudah punya acara untuk perform. Kita juga siap support. Namun, memang kondisi kesehatan masih jadi tantangan, sehingga masih harus digelar secara hybrid," kata Rizki.
Dukungan yang diberikan pemerintah, lanjut dia, salah satunya adalah mempersiapkan protokol kesehatan untuk penyelenggaraan event. Mulai dari kebersihan, kesehatan, dan keberlanjutan lingkungan.
Rizki menyebutkan, semua tahapan mulai dari penyelenggara dan penonton masuk ke tempat acara, pengaturan tempat duduk, dan perhatian lain untuk penyelenggara event sudah diberikan peraturan dan anjuran.
Dengan optimisme dan semangat yang sama, tentu menggugah asa bahwa kita semua bisa melewati pandemi dengan beragam inovasi dan terobosan.
Terlebih, program vaksinasi di Indonesia sudah mulai berjalan di awal tahun. Meski memang keadaan dan geliat industri hiburan tidak bisa kembali normal, hal ini setidaknya menjadi langkah pertama untuk menyambut semarak dunia hiburan di Tanah Air.
Baca juga: Kreator event baru diklaim bisa dorong industri hiburan
Baca juga: Tantangan promotor musik selenggarakan konser secara virtual
Baca juga: Tantangan dan hikmah bermusik saat pandemi bagi Afgan
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021