Kami memohon maaf sebesar-besarnya karena tidak merespons sedari awal dan karena berpikir bahwa para siswa mungkin hanya terkena pilek ketika ada seorang siswa yang mengalami demam,
Seoul (ANTARA) - Otoritas Korea Selatan berupaya menahan penularan COVID-19 yang berpusat di lingkungan sekolah-sekolah Kristen seiring dengan terjadinya lonjakan kasus baru--yang menjauhkan negara itu dari berakhirnya gelombang ketiga pandemi.
Sejumlah 297 kasus terlacak berkaitan dengan enam gereja dan sekolah yang dikelola oleh organisasi Kristen, kata pejabat kesehatan senior Korea Selatan, Yoon Tae-ho, dalam pemaparan media.
Lebih dari 100 kasus dikonfirmasi dalam semalam di antara orang-orang yang terkait dengan sebuah gereja dan sekolahnya di Gwangju, yang berjarak sekitar 270 kilometer dari Ibu Kota Seoul, menurut keterangan resmi. Sementara 171 kasus lainnya terkait dengan sekolah di Daejeon sejak 17 Januari.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KCDA) menyebut bahwa wabah di sekolah Kristen di Daejeon telah muncul beberapa lama sebelum akhirnya terdeteksi.
International Mission, organisasi yang bertanggung jawab atas fasilitas keagamaan dan pendidikan tersebut, telah diperintahkan untuk menguji deteksi setiap orang yang terkait dengan 32 dari total 40 gereja dan sekolah di seluruh Korea.
Kelompok keagamaan ini menyampaikan permohonan maaf karena tidak mengambil langkah awal untuk mencegah penyebaran infeksi. Pihaknya menyebut bahwa ada sejumlah siswa terinfeksi tanpa gejala, namun mereka juga telah abai dalam mewajibkan tes bagi siswa dengan gejala flu.
"Kami memohon maaf sebesar-besarnya karena tidak merespons sedari awal dan karena berpikir bahwa para siswa mungkin hanya terkena pilek ketika ada seorang siswa yang mengalami demam," kata International Mission dalam sebuah pernyataan.
Organisasi tersebut menyatakan akan menyerahkan daftar lengkap siswa dan staf sekolah-sekolah mereka.
Perdana Menteri Chung Sye-kyun meminta siapa saja yang terafiliasi dengan fasilitas yang terinfeksi untuk ikut dites.
"Kuncinya adalah kecepatan. Saya meminta otoritas dan pemerintah lokal untuk mengerahkan upaya penuh dalam mengidentifikasi fasilitas terkait serta mencegah penularan lebih lanjut," kata Chung dalam pemaparan di pemerintahan.
KCDA melaporkan 559 kasus baru per Selasa (26/1) tengah malam, naik dari 354 kasus di hari sebelumnya. Total keseluruhan saat ini berada di angka 76.429 kasus infeksi dan 1.378 kematian.
Korea Selatan sempat mengendalikan penularan virus berkat pengujian dan penelusuran kontak secara agresif, namun gelombang ketiga yang muncul di akhir tahun lalu lebih sulit dikendalikan.
Menurut KCDA, 45,5% infeksi di negara itu sepanjang tahun 2020 disebabkan oleh penularan klaster yang muncul di kelompok-kelompok kecil. Fasilitas keagamaan menjadi salah satu pusat yang utama.
Baca juga: Pfizer minta Korsel setujui vaksin COVID sebelum peluncuran Februari
Baca juga: Korsel dalam pembicaraan untuk beli 40 juta dosis vaksin Novavax
Sumber: Reuters
Penerjemah: Suwanti
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2021