alat screening tersebut berfungsi untuk memisahkan plasma darah yang aman dari virus lain seperti HIV dan lain-lain.

Ciawi, Bogor (ANTARA) - Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ciawi dr Tsani Musyafa mengakui pemanfaatan alat donor plasma darah konvalesen yang merupakan bantuan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum dapat dioptimalkan.

"Alat ini bantuan dari Kementerian Kesehatan, alat yang bisa mengambil dan memisahkan darah menjadi plasma yang dibutuhkan. Tapi kami tidak mempunyai alat screening-nya," ungkapnya di Bogor, Selasa (26/1).

Menurutnya, alat screening tersebut berfungsi untuk memisahkan plasma darah yang aman dari virus lain seperti HIV dan lain-lain.

Kini terpaksa pihak RSUD Ciawi mengirim terlebih dahulu darah yang didonorkan tersebut ke Kantor Palang Merah Indonesia (PMI) pusat di Lenteng Agung untuk melalui tahap screening.

Meski begitu, dr Tsani mengaku akan melakukan pengadaan secara mandiri alat screening yang harganya sekitar Rp1,7 miliar menggunakan anggaran daerah.

"Tentu kalau menyelenggarakan alat sendiri sebenarnya mampu, sekitar Rp1,7 miliar. Tadi sudah konsultasi dengan ibu (Bupati Bogor Ade Yasin). Jadi nanti pengadaan sendiri. Barang dari kementerian sudah ada tapi belum lengkap," kata dr Tsani.

Meski begitu, ia tetap berterima kasih kepada Kemenkes yang memberikan bantuan alat dengan harga sekitar Rp5 miliar. Dengan begitu, Kabupaten Bogor memiliki dua alat donor plasma konvalesan, satu lainnya yaitu di Kantor PMI Cibinong, Bogor.

Sebelumnya, Bupati Bogor, Jawa Barat, Ade Yasin mengajak warganya yang merupakan penyintas COVID-19 agar mendonorkan plasma konvalesen untuk memperkuat imun pasien aktif COVID-19.

"Ayo bantu sesama, setetes darah anda sejuta harapan untuk mereka," kata Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Bogor itu.

Menurutnya, plasma darah yang diambil dari pasien yang pernah terinfeksi COVID-19 itu dibutuhkan untuk membantu pengobatan pasien yang belum sembuh dari virus corona.(KR-MFS).

Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2021