Rabat (ANTARA) - Kementerian Kesehatan Maroko akan memulai program vaksinasi COVID-19 massal minggu ini dan pemerintah telah menyalurkan dosis vaksin ke seluruh daerah.
Maroko akan jadi negara pertama yang meluncurkan program vaksinasi COVID-19 massal di Benua Afrika.
Kepala Program Vaksinasi Maroko, Ben Azouz Mohammed mengatakan jadwal vaksinasi telah dikirim ke tenaga kesehatan dan warga Maroko yang telah mendaftar lewat Internet. Vaksinasi akan berlangsung di 3.000 lokasi, kata dia.
Maroko pada Jumat minggu lalu (22/1) menerima dua juta dosis vaksin buatan AstraZeneca/Oxford University yang diproduksi oleh Serum Institute di India. Otoritas di Maroko masih menunggu 500.000 dosis vaksin COVID-19 buatan Sinopharm, Rabu (27/1).
Menurut data Dana Moneter Internasional (IMF), COVID-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Maroko turun sampai 7,2 persen, sementara tingkat pengangguran naik mendekati angka 15 persen mengingat hampir tiga perempat dari jutaan pekerjaan hilang selama pandemi.
Pengiriman dosis vaksin COVID-19 ke Maroko sempat tertunda beberapa minggu sehingga janji pemerintah yang ingin memulai vaksinasi pada Desember 2020 gagal terpenuhi.
Pemerintah Maroko telah memesan 66 juta dosis vaksin, 25 juta di antaranya dari AstraZeneca dan sisanya dari Sinopharm. Otoritas setempat berencana memvaksin 25 juta warganya -- empat perlima dari total penduduk -- dalam kurun waktu tiga bulan.
Namun, rencana vaksinasi pemerintah bergantung pada proses pengiriman dan persediaan yang stabil, kata Mohammed.
Maroko memilih membeli vaksin yang dibuat secara tradisional sebagaimana dikembangkan oleh AstraZeneca dan Sinopharm sehingga vaksin tidak perlu disimpan dalam tempat sangat dingin. Tiap warga nantinya akan menerima dua dosis vaksin COVID-19.
Pemerintah meneken kontrak pembelian vaksin dengan Sinopharm pada Agustus 2020. Grup Farmasi Nasional China (Sinopharm) masih melakukan uji klinis tahap III vaksin COVID-19 di Maroko. Perusahaan itu juga berencana membangun pabrik vaksin COVID-19 di Maroko.
Sementara itu, Maroko meneken perjanjian pembelian vaksin dengan AstraZeneca pada September 2020.
Berbeda dari negara berkembang lainnya, Maroko bernegosiasi langsung dengan pembuat vaksin daripada harus melalui penengah atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kata seorang narasumber di Kementerian Kesehatan Maroko.
Langkah itu dinilai dapat mempercepat pengadaan vaksin COVID-19 di negara tersebut.
Sumber: Reuters
Baca juga: Maroko setujui vaksin COVID AstraZeneca-Oxford
Baca juga: Raja Maroko: Vaksin Covid-19 gratis untuk semua warga negara
Baca juga: Maroko pesan vaksin COVID-19 saat kasus mendekati 100 ribu
Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021