Jakarta (ANTARA) - Negara anggota Uni Eropa akan berinvestasi besar dalam kapasitas uji deteksi COVID-19, menyusul kemunculan varian baru virus yang kini menyebar di blok dan negara luar, demikian dinyatakan Duta Besar EU untuk Indonesia Vincent Piket.
"Saat ini, jumlah tes untuk varian-varian baru ini sangat rendah, yakni hanya 1%, tujuan kami adalah meningkatkannya hingga 10% dari jumlah hasil tes positif," kata Dubes Piket dalam kegiatan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Selasa.
"Angka itu adalah peningkatan yang luar biasa dan tentunya akan memberikan basis ilmiah yang baik untuk mengkaji bagaimana varian-varian baru itu berkembang," kata dia menambahkan.
Selain pada pengujian COVID-19, EU juga berupaya meningkatkan kapabilitas dan dan peralatan untuk proses pengurutan genom serta untuk menjamin bahwa blok itu dapat mendeteksi jumlah yang cukup untuk kasus varian baru tersebut.
"Yang dilakukan oleh Uni Eropa, khususnya Komisi Eropa, adalah memasok negara-negara anggota dengan peralatan untuk hal tersebut (pengujian dan peningkatan kapabilitas, red) serta dengan memperkuat jaringan laboratorium dan pertukaran informasi antarnegara anggota," ujar Piket.
Per awal Januari 2021, ada dua varian baru virus COVID-19 yang dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni satu varian akibat mutasi yang terjadi di Inggris (B.1.1.7) dan satu lagi di Afrika Selatan (B.1.351).
Varian virus COVID-19 di Inggris disebut dapat menular dengan lebih mudah dan lebih cepat, namun sejauh ini belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa jenis ini lebih berbahaya dibandingkan yang lainnya.
Kemunculan kasus virus varian baru tersebut membuat Prancis, akhir Desember lalu, menerapkan penutupan perbatasan dengan Inggris secara parsial.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), dalam tulisan di situsnya, menyertakan satu varian lain, yaitu virus yang bermutasi di Brazil dan disebut dengan P.1.
Negara-negara di luar wilayah bermutasi itu, telah melaporkan kasus COVID-19 dengan varian virus baru. Misalnya Selandia Baru yang mengonfirmasi kasus baru varian Afrika Selatan--setelah berbulan-bulan nihil kasus, dan Filipina yang melaporkan kasus varian Inggris.
Baca juga: Uni Eropa targetkan vaksinasi 70% orang dewasa per Agustus 2021
Baca juga: Menteri Jerman serukan 'pembagian adil' distribusi vaksin di Eropa
Baca juga: Pfizer kurangi jatah pengiriman vaksin COVID-19 ke beberapa anggota EU
Pewarta: Suwanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021