Palu (ANTARA) - Tahun 2018 silam saat Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) diluluhlantahkan gempa bermagnitudo 7,4 yang disusul tsunami dan likuefaksi, masyarakat dan pemerintah daerah di wilayah Sulawesi bergerak cepat membantu dan menyalurkan bantuan kepada korban bencana di tiga daerah tersebut.

Masyarakat dan pemerintah daerah di wilayah Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) menjadi salah satu yang paling cepat tanggap membantu korban bencana dan pemerintah daerah yang terdampak akibat bencana itu.

Bahkan hanya selang sehari saat bencana terjadi Jumat petang (28/9), tepatnya pada Sabtu (29/9) pejabat di lingkungan pemerintah kabupaten dan provinsi dan masyarakat di wilayah Sulbar berhasil tembus masuk ke wilayah terdampak gempa di Sulteng melalui Kabupaten Donggala.

Padahal saat itu jalan-jalan poros di Kota Palu masih tertutup material-material yang terbawa gelombang tsunami ditambah permukaan ruas jalan yang biasa dilalui kendaraan dari luar kota Palu dan Provinsi Sulteng retak dan terbelah bahkan masih tergenang air sisa tsunami.

Sulteng dan Sulbar merupakan dua provinsi yang berbatasan langsung. Untuk bisa masuk ke Sulbar melalui Sulteng lewat jalur darat, mesti melewati Kabupaten Donggala. Setelah itu akan memasuki Kabupaten Pasangkayu yang merupakan kabupaten pertama di Sulbar yang dilalui.

Gempa berkekuatan magnitudo 6,2 pada Jumat dinihari (15/1), mengakibatkan kerusakan dan menyebabkan warga di Kabupaten Mamuju, Majene dan sebagian Mamasa di Provinsi Sulbar terpaksa mengungsi untuk menyelamatkan diri karena khawatir gempa tersebut menimbulkan tsunami.

Bahkan kegiatan pemerintahan di tiga kabupaten tersebut dan di lingkungan Provinsi Sulbar yang berpusat di Mamuju lumpuh saat gempa mengguncang.

Setelah bencana, ribuan warga kelaparan, kehausan, kesakitan, berduka karena anggota keluarganya menjadi korban bencana dan memerlukan berbagai macam bantuan.

Masyarakat dari berbagai lapisan, pemerintah daerah dan provinsi bahkan partai politik di Sulteng langsung terjun ke lokasi bencana hari itu juga untuk membantu, menolong sekaligus membalas hutang budi kepada masyarakat Sulbar.

Baca juga: Ribuan pengungsi Mamuju belum mau pulang

Baca juga: Dokter: Banyak masyarakat di lokasi bencana abai protokol kesehatan


Fokus Mamuju

Tercatat tim evakuasi dari Kantor SAR Pencarian dan Pertolongan atau Basarnas Palu yang terlebih dulu terjun ke Kabupaten Mamuju pada Jumat pagi, untuk membantu mengevakuasi korban gempa yang saat itu banyak yang terjebak reruntuhan bangunan yang rubuh karena diguncang gempa.

"Kami mengirim 12 personel bergabung dengan personel Kantor SAR Mamuju," kata Kepala Kantor SAR Palu Andrias Hendrik Johanes di Kota Palu, Jumat.

Dia mengatakan Kantor SAR Palu memberangkatkan dua tim melalui jalur darat menggunakan tiga kendaraan roda empat, satu unit di antaranya truk angkut personel dan dua Rescue Car beserta peralatan pendukung operasi pada pukul 06.30 WITA dan tiba di Mamuju sekitar pukul 15.00 WITA.

"Kami membawa satu set alat estrikasi, alat evakuasi, tenda posko lalu Alat Pelindung Diri (APD) COVID-19 dan peralatan pendukung lainnya," ucap Andrias.

Kantor SAR Palu mendukung sepenuhnya upaya operasi SAR di masa tanggap darurat gempa Mamuju.

Siangnya usai menunaikan ibadah Shalat Jumat, Lembaga Kemanusiaan Filantropi Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sulteng menyusul dengan memberangkatkan relawan dan membawa bantuan warga Sulteng berupa sembilan bahan pokok (sembako) dan alat-alat kesehatan bagi korban bencana utamanya pengungsi di sana.

"Kami fokus di Mamuju karena di situ pusat gempa. Tingkat kerusakan pasti lebih parah di situ dan pasti banyak korban serta pengungsi. Kalau di Kota Majene ada teman-teman dari ACT Sulawesi Selatan (Sulsel)," kata Kepala Cabang ACT Sulteng Nurmarjani Loulembah, usai melepas keberangkatan relawan dan bantuan ACT Sulteng di Kota Palu.

Sesampainya di lokasi, katanya, tim relawan fokus mendata kebutuhan-kebutuhan yang sangat diperlukan, utamanya oleh korban, khususnya para pengungsi.

Tidak hanya sekali, pada Sabtu (16/1) ACT kembali membawa bantuan masyarakat ke sana hingga hari ini. Bantuan tersebut diperoleh ACT Sulteng dari donasi yang diberikan oleh masyarakat, baik dari daerah terdampak bencana 2018 maupun daerah-daerah lainnya di wilayah Provinsi Sulteng.

Baca juga: Upaya mengembalikan keceriaan anak penyintas gempa Mamuju

Baca juga: BNPB: Tanggap darurat gempa Mamuju-Majene ditambah dua pekan


Kiprah PKS

Jumat sore Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menerjunkan relawan kemanusiaan dan membawa bantuan logistik yang dilepas secara simbolis oleh Ketua DPW PKS Muhammad Wahyudin di halaman Kantor DPW PKS Sulteng di Kota Palu.

PKS Sulteng mengirimkan bantuan dan 22 orang tim evakuasi. Di antaranya adalah tenaga medis. "Ini bagian dari khidmat atau respon kami terhadap saudara kita di sana yang ditimpa bencana," katanya.

Ia menerangkan sesampai di lokasi bencana, para relawan akan melakukan asesmen kondisi serta kebutuhan masyarakat yang terdampak akibat gempa, utamanya para pengungsi.

Berdasarkan informasi yang ia peroleh, bantuan yang diperlukan para pengungsi saat ini antara lain bahan makanan, selimut, tikar, terpal, obat-obatan, air bersih, generator listrik, perlengkapan bayi dan wanita, tenda serta dapur umum.

"Ini bantuan gelombang pertama yang kami kirimkan untuk berkontribusi melakukan kerja-kerja kemanusiaan tanggap darurat dan asesmen,"ujarnya.

Wahyuddin mengajak masyarakat Sulteng mendoakan para pengungsi di Mamuju dan Sulbar agar diberi kesabaran dan ketabahan serta diberikan pengganti yang lebih baik daripada sebelumnya.

"Selain itu kita juga bisa berkontribusi menyisihkan sebagian harta untuk membantu meringankan beban mereka,"ajaknya.

Jumat malam DPW Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Sulteng menyusul dengan mengerahkan lima truk berisi berbagai kebutuhan pokok yang diperlukan penyintas di tiga daerah terdampak gempa tersebut.

Sekretaris DPW Partai NasDem Sulteng Muslimun usai melepas keberangkatan lima truk di Kantor DPW Sulteng di Palu
menerangkan logistik yang dimuat oleh lima truk masing-masing berkapasitas enam ton berupa sembako, beras lima ton, mi instan 1.500 dos, air dalam kemasan satu truk berkapasitas 6 ton, tenda pleton dua unit, tenda regu 50 unit dan masker 1.500 lembar.

Baca juga: TNI-AD siapkan rumah sakit lapangan di Korem 142/Tatag Mamuju

Baca juga: Dinkes Sulbar kecewa banyak pengungsi tolak rapid tes COVID-19


Siap santap

Kemudian, dalam lima truk tersebut juga terdapat bantuan kebutuhan untuk bayi dan anak.

"Kebutuhan bayi dan anak ini terdiri dari selimut, minyak telon, bedak, pampers, makanan/biskuit bayi, biskuit anak," ungkap Qimunk sapaan akrab Muslimun.

Pengiriman logistik untuk penyintas gempa di Mamuju, Majene dan sekitarnya di Sulbar sebagai bentuk kepedulian sosial dari Partai NasDem Sulawesi Tengah.

Pada Sabtu (16/1) Pemerintah Provinsi Sulteng melalui Dinas Sosial (Dinsos) Sulteng mendirikan dapur umum darurat untuk membantu menyiapkan makanan siap santap bagi sekitar 1.200 korban gempa di wilayah Sulbar.

Dapur umum tersebut tepat berada di depan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Sulawesi Barat di Mamuju, untuk membantu Dinsos Sulbar melayani korban gempa.

"Dalam sehari ditargetkan untuk 1.200 penyintas untuk dua kali makan, yaitu makan siang dan malam," kata Kepala Dinsos Sulteng Ridwan Mumu kepada ANTARA di Palu, Ahad (17/1).

Selain menyediakan makanan siap santap, Dinas Sosial Sulawesi Tengah mengerahkan 50 Taruna Siaga Bencana (Tagana), 15 tenaga kesejahteraan sosial kecamatan, serta pegawai Dinas Sosial untuk membantu penanganan dampak gempa di Sulawesi Barat, termasuk di antaranya mengevakuasi korban gempa.

Bantuan tersebut diharapkan bisa meringankan beban warga dan pemerintah daerah di Sulawesi Barat.

Saling membantu dan pola hidup gotong royong merupakan ciri khas bangsa Indonesia, terlebih lagi dalam kondisi bencana.

Kini, bala bantuan masyarakat dan pemerintah daerah dari berbagai daerah di Sulteng terus masuk ke Sulbar, tidak terkecuali dari Palu, Sigi dan Donggala, baik yang dibawa langsung oleh masyarakat dan perwakilan pemerintah daerah maupun melalui lembaga atau yayasan kemanusiaan yang terpercaya hingga hari ini.*

Baca juga: 89.624 warga Mamuju dan Majene masih mengungsi

Baca juga: Disdikbud Majene usul perbaikan 46 sekolah rusak terdampak gempa

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021