Jakarta (ANTARA) - Pemerintah perlu memperkuat upaya dalam rangka mewujudkan swasembada daging sapi nasional agar ke depannya tidak lagi mengandalkan impor sebagai solusi guna mengatasi lonjakan harga daging sapi.

"Saat ini, kita terlalu bergantung impor daging sapi, terutama dari Australia sebagai pemasok terbesar daging sapi di Tanah Air," kata Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin dalam pernyataannya di Jakarta, Senin.

Menurut dia, ketika Australia menahan komoditas daging sapi akibat regenerasi populasi, maka dampaknya terimbas ke Indonesia.

Ia berpendapat bahwa hal ini menunjukkan bertahun-tahun upaya negara menjadikan daging sapi berdaulat di negeri sendiri belum menunjukkan tanda-tanda keberhasilannya.

Ia menjabarkan, bahwa upaya untuk mewujudkan swasembada daging sapi tersebut sudah dilakukan sejak sekitar 15 tahun silam.

Akmal mengingatkan beragam program seperti penyelamatan induk sapi produktif, memperkuat kualitas genetik sapi, program 1000 desa sapi, hingga program UPPO (Unit Pengolah Pupuk Organik) telah dilakukan.

“Indonesia saat ini masih tidak kuasa menghadapi persoalan pasokan dan permintaan daging sapi karena infrastruktur pengembangan sapi kita belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri sendiri," katanya.

Padahal, masih menurut dia, dari sisi lahan masih terbuka luas di berbagai daerah, serta sinergi antara kokoditas yaitu program Sapi-Sawit dinilai masih dapat dioptimalkan.

Sebelumnya, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian menegaskan bahwa stok daging sapi dan kerbau masih aman dan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Republik Indonesia.

Direktur Kesehatan Hewan Fadjar Sumping Tjatur Rasa mengatakan pada tahun ini, kebutuhan daging sapi dan kerbau diperkirakan meningkat menjadi 696.956 ton, sementara produksi dalam negeri di tahun 2021 juga diperkirakan meningkat dari tahun 2020 yaitu sebesar 425.978 ton.

Selain produksi dalam negeri, masih terdapat "carry over" daging sapi/kerbau impor dan sapi bakalan setara daging dari tahun 2020 sebesar 47.836 ton sehingga total produksi/stok dalam negeri tahun 2021 sebesar 473.814 ton. Artinya, masih ada defisit daging sapi sebesar 223.142 ton.

"Untuk memenuhi kekurangan daging tersebut, pemerintah akan melakukan impor sapi bakalan sebanyak 502.000 ekor setara daging 112.503 ton, impor daging sapi sebesar 85.500 ton, serta impor daging sapi Brasil dan daging kerbau India dalam keadaan tertentu sebesar 100.000 ton," katanya.

Fadjar menyebutkan bahwa stok daging pada akhir tahun 2021 diperkirakan sebesar 58.725 ton diharapkan juga mampu memenuhi kebutuhan bulan Januari 2022.

Baca juga: Mentan: Intervensi perlu untuk capai swasembada daging sapi
Baca juga: Mentan: populasi sapi potong meningkat

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021